Kasatgas BLBI Dilaporkan ke KPK atas Dugaan Rekayasa Status Obligor-Penyitaan Aset
Jakarta, MI - Jaringan Pergerakan Masyarakat Bawah (Jaga Marwah) melaporkan Ketua Satuan Tugas Penanganan Hak Tagih Negara Dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (Satgas BLBI) Rionald Silaban ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dalam laporannya, Jaga Marwah menyoroti dugaan rekayasa status obligor serta penyitaan aset yang dinilai melawan hukum terhadap pemegang saham Bank Centris Internasional, Andri Tedjadharma.
"Dari serangkaian fakta-fakta serta proses hukum serta bukti yang kita peroleh, penyematan status obligor serta penyitaan aset milik Andri Tedjadharma terlihat dipaksakan serta terindikasi unsur korups, kolusi dan nepotisme. Apalagi saat ini statusnya kita ketahui sudah memasuki tahapan lelang," kata Ketua Umum Jaga Marwah, Edison Tamba, Sabtu (29/11/2025).
Menurut Edison, Rionald Silaban terkesan semena-mena dengan menggunakan atribut negara dan jabatannya merampas aset seorang pemegang saham bank Centris Internasional Andri Tedjadharma.
Penetapan Andri sebagai obligor BLBI, tudingnya, tidak pernah didukung oleh bukti audit resmi negara. Berdasarkan penelusuran mereka, tidak ada satu pun temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menyatakan Andri Tedjadharma sebagai obligor penerima BLBI. Namun, status tersebut tetap dipaksakan oleh Satgas BLBI.
Edison menambahkan bahwa proses penyitaan juga mengandalkan putusan Mahkamah Agung yang diduga bermasalah. Dalam fakta persidangan, putusan yang dijadikan rujukan Satgas tidak pernah menyebut Andri Tedjadharma sebagai pihak yang memiliki kewajiban BLBI. Dugaan pemalsuan dokumen pun mulai mencuat ke permukaan.
"Penyitaan yang dilalukan satgas sangat jelas melawan hukum, dan hak asasi manusia. Apalagi UUD 1945 jelas mengatur hak-hak rakyat," katanya.
Menurutnya, tindakan Satgas BLBI telah melampaui batas kewenangan negara dan berpotensi melanggar hak asasi manusia. Penyitaan aset dengan dalih tanggungan utang mencapai Rp4,5 triliun disebut sebagai bentuk pemaksaan hukum tanpa dasar perjanjian yang sah antara Andri Tedjadharma dan negara.
Edison juga memaparkan bahwa Bank Centris Internasional tidak menerima BLBI karena tidak memiliki saldo debet per 31 Desember 1997. Artinya, secara sistem perbankan, tidak ada dana talangan yang dikonversi menjadi Surat Berharga Pasar Uang Khusus (SBPUK) untuk Bank Centris, sehingga tidak ada kewajiban BLBI yang melekat pada pemegang sahamnya.
Selain itu, Bank Centris juga disebut tidak pernah masuk dalam skema Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham (PKPS) karena tidak menandatangani perjanjian APU, MRNIA, maupun MSAA.
Penyelesaian Bank Centris dilakukan melalui jalur pengadilan dengan perjanjian khusus bersama Bank Indonesia yang bahkan dituangkan dalam akta notaris tahun 1998, sesuatu yang tidak lazim terjadi pada bank-bank penerima BLBI.
"Bank Centris tidak termasuk dalam daftar audit BPK tentang PKPS. Bank Centris tidak menandatangani APU, MRNIA MSAA namun ada perjanjian dengan Bank Indonesia, dan tidak ada satu bank pun yang membuat perjanjian dengan Bank Indonesia yang diaktakan dengan notaris seperti Bank Centris dengan akte No. 46 tanggal 9 Januari 1998," jelasnya.
Dugaan penyimpangan semakin kuat setelah ditemukan dua rekening atas nama PT Bank Centris Internasional di Bank Indonesia, yang seharusnya secara aturan hanya boleh satu. Fakta ini terungkap dalam persidangan perdata di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, di mana satu rekening diduga sebagai rekening rekayasa yang tetap bisa melakukan transaksi antarbank di pasar uang.
Atas seluruh temuan tersebut, Jaga Marwah mendesak KPK tidak hanya memeriksa Rionald Silaban, tetapi juga pimpinan Bank Indonesia yang diduga terkait.
Desakan juga diarahkan kepada Presiden RI Prabowo Subianto dan Menteri Keuangan Purbaya untuk menghentikan segala kebijakan Satgas BLBI yang dinilai berpotensi menjadi instrumen perampasan aset warga negara secara sistematis. "KPK harus periksa Rional Silaban serta Gubernur Bank Indonesia," tandas Edison Tamba.
Topik:
KPK BLBI Satgas BLBIBerita Terkait
Soal Pemerasan Noel, KPK Panggil Marketing PT Kreasi Edukasi Manajemen Indonesia Nur Aisyah
7 jam yang lalu
KPK Panggil Direktur PT Sarana Katiga Nusantara Woro Edgar, Diperiksa soal Pemerasan Noel
7 jam yang lalu
KPK Ogah Balas Dendam ke Linda Susanti Bikin Klaim Palsu soal Aset yang Disita
8 jam yang lalu