Tekan Polusi Jakarta, Luhut Suntik Mati PLTU Suralaya

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 14 Agustus 2024 4 jam yang lalu
Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan [Foto: Ist]
Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan [Foto: Ist]

Jakarta, MI - Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marvest) Luhut Binsar Pandjaitan, menyarankan suntik mati atau pensiun dini PLTU Suralaya segera dilakukan. Hal ini untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta.

Awalnya Luhut mengungkapkan, bahwa air quality index atau indeks kualitas udara di Ibu Kota Nusantara (IKN) tercatat hanya di level 6. Namun di Jakarta, sudah mencapai rentang 150-200.

Oleh karena itu, menurutnya hal ini sangat berbahaya bagi masyarakat. Apalagi pemerintah telah menghabiskan dana Rp30 triliun, untuk membayar jaminan kesehatan masyarakat lewat BPJS.

"Jadi kita bahas kemarin, kita akan bawa ke rapat bahwa Suralaya, kita harus menutup yang satu ini," kata Luhut di Jakarta Convention Center, Senayan, Rabu (14/8/2024).

"Jika kita menutup Suralaya, saya pikir bagian dari transisi energi yang adil, ini juga bisa mengurangi mungkin 50 atau 60 poin indeks kualitas udara di Jakarta," sambungnya.

Luhut juga menekankan, penghentian PLTU Suralaya ini harus usianya yang sudah sangat tua, yaitu lebih dari 40 tahun.

"PLTU itu kita mau rapatin, nanti yang Suralaya itu kan sudah banyak polusinya ya. Dan sudah lebih 40 tahun ya," ujarnya.

Dia menambahkan, selain menutup PLTU Suralaya, pemerintah juga akan terus menggalakkan penggunaan kendaraan listrik, hingga penerapan kebijakan ganjil genap.

"Jadi, kita ingin exercise, kita ingin kaji. Kalau bisa kita tutup, supaya mengurangi polusi Jakarta. Di samping tadi, mobil EV kita dorong dengan sepeda motor EV untuk lebih banyak area," jelasnya.

"Dan jadi seperti ganjil genap, mungkin kita lagi exercise juga. Untuk supaya, itu nanti boleh motor EV dengan mobil EV secara bertahap. Dan kemudian low sulfur, minyak," tandas Luhut.

Sebagai informasi, PLTU memiliki 7 unit pembangkit dengan total kapasitas terpasang 3.440 Megawatt. Sebagai salah satu pembangkit listrik terbesar di Indonesia, PLTU Suralaya memproduksi sekitar 50% dari total produksi PT Indonesia Power dan menyumbang 17% dari energi listrik kebutuhan Jawa-Madura-Bali.