UKM Gelar Seminar Nasional “Aktualisasi Ekonomi Kebangsaan Dalam Mewujudkan Indonesia Emas”

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 12 Januari 2023 18:45 WIB
Bandung, MI - Berbicara sebagai narasumber bersama Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia di Seminar Nasional, “Aktualisasi Ekonomi Kebangsaan Dalam Mewujudkan Indonesia Emas” yang diselenggarakan Universitas Kristen Maranatha (UKM), Bandung, pada Kamis (12/01/2022). Ketua Umum Taruna Merah Putih Maruarar Sirait, menegaskan agar setiap mahasiswa penting memiliki integritas dan value yang baik. “Saya minta kalian semua harus memiliki CORE tinggi, berintegritas, punya komitmen dan memenangkan pertarungan. Contohnya, Pak Bahlil Menteri hebat, target investasinya selalu tercapai termasuk saat Indonesia dilanda Covid,” ujarnya dihadapan 2.500 peserta (mahasiswa dan dosen) baik yang hadir onsite dan online. Ara demikian akrab disapa, menekankan agar mahasiswa harus selalu berpikir rasional. Memiliki integritas dan kualitas. Kalian nanti harus menjadi kepala bukan ekor, dengan memiliki integritas bisa memimpin. Di waktu yang lalu, pernah diundang UKM dalam kegiatan Yap Thiem Hiem Awards. “Saya tanya Todung Mulya Lubis dan dia bilang, Pak Yap seorang berintegritas, bersih dan selalu membela rakyat kecil tidak pernah takut. Sayangnya, dalam pertarungan pengadilan sering kalah,” ujarnya memberi contoh. Untuk menjadi seorang entrepreneur, maka sejak dini perlu membangun kurtur yang baik. Kemudian adik-adik mahasiswa harus masuk organisasi dan membangun komunitas. “Kalian harus membangun pergaulan dengan semua pihak, sehingga ada networking luas. Kalau tidak nanti, kalian biasa-biasa,” ajaknya. Sama seperti Pak Bahlil, dia aktif organisasi dan bahkan sekolah di SMP Kristen. “Jadi pemahaman beliu tentang Kristen luar biasa. Ini penting saling menghormati dan bisa menempatkan diri lebih baik. Itulah Indonesia.” Kalau memiliki value maka melangkah akan mudah terjun bisnis. “Saya memiliki bisnis perkebunan, restoran akan dibuka di Cimahi. Saya tantang adik-adik mahasiswa Marantha berpartner dengan saya, tentu yang terbaik dan memiliki mental bisnis. Silahkan Pak Rektor pilih,” ungkapnya. [caption id="attachment_514793" align="aligncenter" width="400"] Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, saat menjadi narasumber di Seminar Nasional, “Aktualisasi Ekonomi Kebangsaan Dalam Mewujudkan Indonesia Emas” yang diselenggarakan Universitas Kristen Maranatha (UKM), Bandung pada Kamis (12/01/2022).[/caption] Mantan Anggota DPR tiga periode menceritakan, bahwa dirinya didik dengan tradisi politik baik. Selalu diajarakan bahwa politik itu suci, bukan untuk kepentingan kekuasaan, uang dan lainnya. “Apa gunanya berkuasa kalau pengangguran dan orang miskin banyak, harus ada kolerasinya untuk perbaikan kesenjangan hidup di Indonesia,” cetusnya. Ia menceritakan pengalaman bersama Gus Dur yang bertanya kenapa maju dari Jawa Barat untuk parlemen. “Saya katakan saya menemukan Pancasila di tanah Pasundan di Subang, Majalengka, Jabar. Orang Jabar bisa menerima saya dari suku Batak, ini Islam nasionalis yang luar biasa,” imbuhnya. Karena itu, kita juga harus Kristen yang Indonesia yang nasionalis, percaya diri dan mawas diri juga penting. Harus mau jadi kepala bukan ekor, mau jadi pemimpin atau dipimpin. Sekali lagi harus punya integritas, komitmen dan stabil. Bung Karno mengatakan satukan kata dengan perbuatan. Perkataan dan perbuatan harus sama. Kalau hanya 10 pemuda bisa goncang dunia. Kalau di UKM ini ada satu pemuda bisa masuk kriteria yang diminta Bung Karno maka lahir pemimpin besar dari sini. “Maranatha ini kampus Pancasilais. Maka tidak boleh melakukan diskriminasi. Saat Kristen besar, harus memberi kedilan, jangan hanya menuntut keadilan. Harus memberi keadilan ke saudara-saudara kita yang beragama lain,” ujarnya putera politisi dan negarawan Sabam Sirait ini. Ara menceritakan saat ayahnya, Sabam Sirait menjadi Sekjen PDI masih setia memilih naik metromini. Suatu hari saat turun dia melihat ada orang memasang liatrik di rumah. Ia tegaskan kalau hanya rumah dipasang listrik tidak rumah yang lain, tidak usah dipasang. Kalau mau pasang semua karena hubungan baik dengan semua tetangga. Ini tindakan seorang negarawan. Menyinggung kepemimpinan Indonesia, Ara mengatakan Presiden Jokowi membangun infratruktur, berani membubarkan ormas, dia contoh pemimpin Pancasilais. “Sama dengan Pak Bahlil juga gitu, Menteri Investasi/ BPKM yang bisa mencapai target diperintahkan presiden. Mungkin jajaran sama, jabatannya sama, tapi ditangan orang berbeda. Maka jangan kita mau dijual dan digadaikan, dalam memilih pemimpin.” Menurutnya masalah Indonesia ini masih rumit. Masih ada serangan fajar, bagi sembako dan media yang tidak netral. Banyak media berpolitik dan kepemilikan oleh ketua parpol. Bahkan bicara data yang berbeda. Bagaimana untuk Indonesia Emas? Kata Ara syaratnya satu, harus edukasi pemilih, dilakukan oleh pemuda dan mahasiswa. Tugas ini sudah dilakuakn pemuda 1908 dengan Budi Utomo, pada 1928 Kongres Pemuda dan 1998 masa Reformasi. “Kalian tidak boleh hanya pinter harus peduli bangsa ini. Kalau kritis ke kebijakan pemerintah dan mungkin kena pentungan, water canon, itu biasa. Mengingatkan pemerintah dan DPR adalah tugas mahasiswa, tetapi lebih salut lagi kalau saat Anda menjadi pejabat tetap ada konsistensi dalam perbuatan,” pesannya sembari mengingatkan bahwa lawan generasi muda akan lebih berat, karena bangsamu sendri. Zaman dulu ada penghianat, sekarang juga ada antek asing dan menjadi broker. Makanya kalau jadi pengusaha jadi pengusaha benar jangan jadi broker. “Saya doakan agar adik-adik mahasiswa menjadi pengusaha dan pemimpin di masa depan. Saya minta jadi mahasiswa yang berjuang bukan yang jadi penonton,” tuturnya seperti biasa tidak lupa menjanjikan dana bantuan 100 juta bagi satu orang mahasiswa dan dosen terbaik dari Universitas Kristen Maranatha. Sementara Bahlil mengawali dengan harapannya, bahwa UKM sedang mempersiapkan mentalitas mahasiswanya menjadi pemimpin yang hebat. Tentu Rektor Prof. Ir. Sri Widiyanto, MSc, Ph.D, IPU bisa mewujudkannya. “Saya sangat biasa bicara forum profesional namun ketika berdiri di kampus, di depan mahasiswa saya gugup, sebab titel maha hanya dua yakni mahakuasa dan mahasiswa,” candanya. “Bang Ara sudah kenal lama, tetapi lebih kenal Pak Sabam Sirait. Sewaktu ketua senat, biasanya 14 hari perjalanan ke Jakarta, kalau mau pulang menemui Pak Sabam memberi tiket. Bang Ara bilang Dinda pejabat lebih baik dari pengusaha. Rupanya biar uangnya lebih banyak dari saya,” kelakarnya. Ia pun bercerita dirinya dilahirkan di Banda, tetapi kampungnya Fakfak, secara turunan sudah ratusan tahun tinggal di sana. “Pekerjaan Ibu saya, membantu di rumah orang, mencuci pakian orang, membuat kue untuk dijajakan. Apa saja dilakukan untuk mencukupi. Ayah saya, pendidikan SMP tidak tamat, hanya kuli bangunan, kerja mendapatkan 7500 rupiah. Kami bersaudara 8 orang dan pendidikan minimal sarjana dan satu menteri. Saya bangga kepada ayah dan ibu saya,” bebernya. Ketika SMP masuk sekolah di Yayasan Pendidikan Kristen (YPK), Bahlil berkesempatan belajar Kristen. “Saya mungkin bisa klop Bang Ara karena itu. Yesus itu milik semua umat manusia.” Sejak SMP kerja konduktur angkot, hidup keras di terminal selama 3 tahun. Menginjak SMA naik menjadi sopir. Sampai butuh naik kapal perintis untuk kuliah di Jayapura, menempuh dua minggu. Tidak ada kampus buka, akhirnya mendaftar PT Swasta, satu-satunya yang buka.” Ia menegaskan bahwa kampus tidak menjamin kualitas diri kalian. Tidak ada satu kampus yang semua output akan bagus. Yang menjamin kualitas adalah diri sendiri. Kalau kalian kuliah di Maranatha, jangan sekali-kali minder dengan mahasiswa ITB, UI atau UGM. “Kemarin saya menerima mahasiswa Harvard, saya katakan you kuliah Harvard tapi tidak menjamin kualitas, yang menjamin diri sendiri. Saya juga mengunjungi kampus top, saya bertemu rektor, tidak hebat-hebat juga. Bisa kemungkinan mahasiswa UKM lebih baik,” ujarnya memotivasi. Menurut mantan Ketua HIPMI ini ada tiga hal yang diterapkan dalam hidupnya ketika menjadi mahasiswa. Satu suskes kuliah, sukses organisasi dan sukses kerja. “Saya ketua senat, aktif HMI dan 11 kali dipenjara, karena saya rajin demo. Andaikan saya lulus 3,5 tahun tidak mungkin saya menjadi ketua Hipmi dan Menteri, bisa jadi karyawan dan menjadi PNS. Kita sudah lama dijajah pemikiran sempit seperti itu. Semester 7, saya menjadi sales asuransi, saya datangi Bupati terus sampai bosan melihat muka saya. Maka ada proses hakiki dan daya juang. Organisasi alternatif kedua selain kuliah tangga menujuk sukses,” ujarnya menyemangati. Rektor UKM Bandung Prof. Ir. Sri Widiyanto, MSc, Ph.D, IPU dalam penutupan menyatakan bahwa dua narasumber yang hadir sangat luar biasa. “Satu kata bagi saya, apa dipaparkan keduanya tadi sangat inspiratif. Pesan Bang Ara banyak, satu hal saya kutip bahwa mahasiswa perlu belajar dan kerja pararel. Kemudian dari Pak Menteri juga sebagai penutan sangat luar biasa. Semoga Bang Ara dan Pak Bahlil tidak kapok utnuk kembali. Sebab tidak hanya bermamfaat kepada mahasiswa bisa memeri semangat dan energi baru bagi semua sivitas akademika UKM,” ungkapnya. [caption id="attachment_514795" align="aligncenter" width="400"] Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (nomor dua dari kanan), Ketua Umum Taruna Merah Putih Maruarar Sirait (nomor tiga dari kanan) dan Rektor UKM Bandung Prof. Ir. Sri Widiyanto, MSc, Ph.D (nomor satu dari kanan)[/caption]
Berita Terkait