Ketua PBNU Ingatkan Muktamirin Jaga Muktamar Tetap Kondusif

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 23 Desember 2021 15:54 WIB
Bandarlampung, Monitorindonesia.com - Ketua PBNU Eman Suryaman mengingatkan muktamirin atau peserta muktamar untuk menjaga situasi Muktamar Ke-34 NU agar tetap kondusif. Ia mengatakan tensi tinggi yang sempat muncul di awal muktamar saat ini sudah mulai reda dan itu harus terus dipertahankan hingga seluruh rangkaian acara selesai dilaksanakan. "Yang paling penting memang keutuhan NU, itu yang harus kita jaga," kata Eman yang juga Ketua Komisi Program Panitia Muktamar Ke-34 NU di Bandarlampung, dikutip Antara, Kamis (23/12/2021). Dia mengatakan NU adalah organisasi kemasyarakatan berbasis keagamaan sehingga harus bisa mempraktikkan cara-cara yang santun sebagaimana yang diajarkan oleh Islam. Ia mengatakan memasuki abad kedua NU harus terus membangun dan mengembangkan organisasi. Capaian saat ini, seperti keberhasilan pendirian 43 perguruan tinggi, 8 rumah sakit, dan pengelolaan organisasi yang terbuka, harus terus dipertahankan dan ditingkatkan. Dalam menentukan pilihan Ketua Umum PBNU, Eman mengingatkan agar muktamirin melihat rekam jejak dan kapabilitasnya memimpin organisasi 5 tahun mendatang. Menurut Eman, NU akan menghadapi tantangan yang semakin berat ke depannya,sehingga kemandirian dan ketangguhan organisasi harus disiapkan sebaik-baiknya. Pemilihan Ketua Umum PBNU akan dilaksanakan Kamis malam. Kandidat yang muncul saat ini adalah calon petahana KH Said Aqil Siroj, KH Yahya Cholil Staquf, dan mantan Wakil Ketua Umum PBNU As'ad Said Ali. Kriteria Rais Aam Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebut beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), antara lain faqih, berkarakter organisatoris serta mampu menjadi penggerak. "Kalau (sosok pemimpin ideal NU) itu kewenangannya ada di muktarimin. Kalau (sosok) Rais Aam, saya pernah membuat itu di Muktamar di Jombang, minimal saya ada empat kriteria, itu saya kira semua orang tahu," kata Wapres Ma’ruf Amin di Lampung, Rabu. Karakter pertama, menurut Ma’ruf, ialah sosok yang paham terhadap aturan dan syariat Islam atau fakih. Rais Aam yang memahami syariat Islam akan mampu menyelesaikan persoalan terkait kehidupan umat beragama Islam. "Dia harus fakih, kalau Rais Aam ya, kalau dia nggak fakih nanti bagaimana dia bisa menyelesaikan persoalan, tidak ada patokannya," katanya. Kemudian, tambahnya, Rais Aam juga harus berkarakter organisatoris karena PBNU merupakan suatu organisasi. "Yang kedua itu munadzim, organisatoris. NU itu organisasi, jadi seorang pemimpin tertinggi itu harus mengerti organisasi, bagaimana meng-organise ini," tambahnya. Selain itu, Wapres Ma’ruf menilai Rais Aam juga harus seseorang yang memiliki kemampuan sebagai penggerak dalam upaya memperbaiki kehidupan umat Islam. "Kemudian, dia harus bisa menggerakkan, sebab NU itu gerakan ulama dalam memperbaiki umat atau dalam rangka meng-islah. Itu kalau (kriteria) Rais Aam, dulu saya pernah membuat itu," jelasnya. Sementara terkait penentuan ketua umum Tanfidziyah PBNU, Ma’ruf Amin yang juga mustasyar PBNU tersebut menilai ketentuan tersebut menjadi kewenangan penuh para peserta Muktamar ke-34 NU. Ma’ruf berharap sosok Tanfidziyah PBNU yang akan dipilih nantinya memiliki kemampuan untuk memimpin organisasi dengan baik. "Kalau yang tanfidh itu yang mampu melakukan organisasi, pelaksananya, tanfidz yang bisa menjalankan semua program yang sudah ada, itu nanti yang menentukan itu ya muktamirin peserta muktamar," ujarnya.

Topik:

PBNU muktamar nu