DPR Minta BNPT Tak Buru-Buru Beberkan Data 119 Ponpes yang Diduga Terindikasi Terorisme

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 30 Januari 2022 15:39 WIB
Monitorindonesia.com - Ketua Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia, Yandri Susanto, meminta Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT) agar tak terburu-buru membeberkan data 119 pondok pesantren yang diduga terindikasi terorisme. Karena hal itu justru akan menimbulkan keresahan dan prasangka di masyarakat. Menurut Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini, dengan BNPT mengekspos data itu ke publik, maka yang terjadi sekarang justru pesantren mendapatkan stigma negatif seakan-akan berkaitan dengan teroris. “Niatnya menyelesaikan masalah, tapi justru yang muncul masalah baru,” kata Yandri kepada wartawan, Minggu (30/1/2022). Lebih lanjut, Waketum PAN ini meminta BNPT mengedepankan dialog bersama pihak pondok pesantren maupun pengasuh untuk bersama-sama menghadapi potensi terorisme dan radikalisme “Jika benar ada potensi radikalisme dan terorisme di pesantren, ini kan isu yang sensitif. Seharusnya Kepala BNPT mengedepankan dialog bersama kiai, ulama, dan tokoh pesantren. Rilis dan ekspos ini tidak menyelesaikan masalah,” katanya. Lebih lanjut, Yandri mengaku siap jika diminta untuk menjadi fasilitator mediasi antara pesantren dan BNPT terkait pernyataan miring tersebut tentang pesantren. “Jika benar ada potensi radikalisme dan terorisme di pesantren, ini kan isu yang sensitif. Seharusnya Kepala BNPT mengedepankan dialog bersama kiai, ulama, dan tokoh pesantren. Rilis dan ekspos ini tidak menyelesaikan masalah,” katanya. “Sebagai Ketua Komisi VIII DPR RI saya siap menjadi fasilitator dialog antara Pesantren dan BNPT serta umat Islam secara umum. Jangan sampai yang ada justru saling curiga dan prasangka,” tutupnya. Sebelumnya, Kepala BNPT, Boy Rafli Amar memaparkan perkembangan jaringan teror nasional di Indonesia. BNPT juga menghimpun beberapa pondok pesantren yang diduga terafiliasi kelompok terorisme, diantaranya 11 Ponpes terafiliasi Jamaah Ansharul Khilafah (JAK), 68 Ponpes terafiliasi Jamaah Islamiyah (JI) dan 119 Ponpes terafiliasi Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan simpatisan ISIS. (Wawan)