Anggota Komisi VI DPR Kecewa dengan Kebijakan Bank Milik Negara, Kenapa?

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 30 Maret 2022 21:59 WIB
Jakarta, MI- Anggota Komisi VI DPR RI, I Nyoman Parta mengaku kecewa dengan kebijakan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang dinilai belum serius membangkitkan ekonomi dan industri pariwisata Bali. Padahal, ungkap Nyoman Parta, Bali mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi minus lebih dari 9% akibat hantaman pandemi Covid-19 yang panjang. "Pihak Bank Himbara tidak responsif membantu, karena masih menggunakan syarat kredit dengan suasana normal. Padahal kondisi Bali tidak normal, sehingga penanganannya harus ekstra, jangan standar," kata Nyoman Parta dalam rapat dengar pendapat dengan Direktur Utama Bank BRI, Sunarso, Direktur Utama Bank Mandiri, Royke Tumilaar, Direktur Utama Bank BNI, Silvano Winston Rumantir, Direktur Utama Bank BTN, Heru Koesmahargyo, di Jakarta, Rabu (30/3). Lebih jauh Parta-sapaan akrabnya menceritakan bagaimana situasi dan kondisi pelaku usaha termasuk UMKM di Bali mengalami kendala permodalan untuk merecovery usahanya. "Mereka memiliki jaminan alias agunan, namun kesulitan untuk mendapatkan bantuan kredit. Padahal, oportunity bisnis tetap ada, karena wisatawan mulai datang," ujarnya. Oleh karena itu, kata Legislator dari Pulau Dewata ini, pemerintah harus hadir lewat Bank Himbara untuk menyelamatkan ekonomi Bali dengan kredit recovery. Karena itu, kredit recovery harus diberikan oleh bank-bank pemerintah. "Caranya, beri kemudahan kepada pengusaha lokal, karena hanya bank pemerintah yang bisa melakukan hal ini. Kalau berharap dari bank swasta tidak mungkin," tambahnya. Dikatakan Parta, ekonomi Bali selama ini hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi dari sektor industri pariwisata, sementara pandemi Covid-19 justru yang terjadi malah melakukan pembatasan wisatawan ke Bali. "Akibatnya, banyak perusahaan mengalami stagnasi, bahkan menuju kebangkrutan," ungkapnya. Di awal serangan pandemi Covid-19, sambung Parta lagi, para pelaku usaha mengajukan program restrukturusasi 3 sampai 6 bulan. Namun ternyata Covid-19 berjalan lebih dari 2 tahun. "Setelah 2 tahun lebih Covid-19, bisnis hotel, restoran, dan akomodasi pariwisata tutup, nah sekarang sudah mulai ada tanda-tanda mau bangkit kembali pariwisata, seiring mulai berdatangannya wisatawan ke Bali," pungkasnya. (La Aswan)

Topik:

himbara
Berita Terkait