Ekonomi Indonesia Masuki Periode Lambat, DPR: Ini Peringatan Serius untuk Pemerintah!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 8 November 2023 13:41 WIB
Anis Byarwati (Foto: Ist)
Anis Byarwati (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Anggota Komisi XI DPR, Anis Byarwati menyebut angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu 5,73% dan dibandingkan kuartal sebelumnya 5,17% (yoy). 

Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) baru baru ini mengungkapkan dalam laporannya bahwa, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,94 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal III-2023. 

"Realisasi pertumbuhan ekonomi ini mengakhiri tren pertumbuhan di atas 5 persen selama 7 kuartal terakhir. Artinya Indonesia mulai memasuki periode perlambatan ekonomi yang cukup dalam," katanya, Rabu (8/11).

Legislator PKS ini mengungkapkan bahwa setelah menikmati masa bukan madu, wind fall sejumlah komoditas unggulan nasional dalam beberapa waktu terakhir, harga komoditas utama Indonesia tersebut mulai mengalami penurunan harga secara perlahan, diantarannya seperti: minyak sawit, batu bara dan nikel. 

"Pelemahan ini bisa berdampak besar mulai dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan negara, ekspor, hingga kemampuan daya beli masyarakat," ujarnya.

Lebih jauh Anis yang juga Wakil Ketua BAKN DPR tersebut, meyampaikan pelemahan harga komoditas utama Indonesia, memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi perdagangan internasional Indonesia. 

Dalam laporan BPS tersebut, tercatat kinerja ekspor yang memiliki distribusi sebesar 21,6 persen turun 4,26 persen dan impor yang memiliki distribusi negatif 19,57 persen turun 6,18 persen. 

"Terkoreksinya sumber pertumbuhan net ekspor selaras dengan kinerja perdagangan nasional yang melemah. Indonesia kembali memasuki jalur lambat pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.

Anis menambahkan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Triwulan III 2023, menjadi signal tanda bahaya bahwa Indonesia masuk dalam perlambatan ekonomi. 

"Kita belum bisa lepas dari stagnasi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 5 persen, sekarang turun menjadi 4,94 persen. Upaya Indonesia untuk bisa keluar dari stagnasi pertumbuhan 5 persen belum cukup kuat," katanya. 

"Kondisi ini tentu akan menjadikan langkah Indonesia untuk mengakhir tahun 2023 dengan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen, sebagaimana target dalam APBN 2023, akan menjadi langkah yang sangat sulit," imbuh Anis. (LJ)