Begini Dampak Badai Matahari yang Diprediksi Hantam Bumi Akhir 2023

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 18 Desember 2023 16:51 WIB
Ilustrasi [Foto: iStock]
Ilustrasi [Foto: iStock]
Jakarta, MI - Fenomena Badai matahari diperkirakan akan datang lebih awal, yakni pada akhir 2023. Sebelumnya fenomena ini diprediksi, akan terjadi pada 2025.

Lantas, apa dampak berbahayanya fenomena Badai Matahari tersebut?

Badai Matahari ini digadang-gadang sebagai yang terkuat, bahkan lebih kuat dari tahun 2017 silam.

Wahana antariksa milik National Aeronautics and Space Administration (NASA), yaitu Solar Dynamics Observatory berhasil, merekam fenomena matahari yang melepaskan suar kelas X2.8. 

Ilmuwan mengklasifikasikan intensitas suar matahari ke dalam tiga kategori, yaitu C sebagai yang paling lemah, M sebagai kelompok menengah, dan X sebagai yang paling kuat.

Suar matahari adalah, ledakan cahaya yang terjadi ketika energi magnetik yang terperangkap di atmosfer matahari, dilepaskan secara tiba-tiba. Suar matahari yang kuat sering kali diiringi oleh lontaran massa korona, atau coronal mass ejection (CME). 

CME yang mencapai Bumi dapat memicu terjadinya badai geomagnetik. Badai geomagnetik memiliki potensi, untuk mengganggu jaringan listrik dan infrastruktur lainnya.

Namun, apakah aktivitas matahari ini menandakan badai matahari akan segera terjadi? Badai matahari terjadi ketika matahari mengalami ledakan besar, yang menghasilkan gelombang partikel bermuatan yang dilepaskan ke luar angkasa.

Badai matahari dapat mencapai intensitas yang tinggi, tergantung pada aktivitas siklus matahari. 

Aktivitas siklus matahari berlangsung sekitar 11 tahun. Siklus ini ditandai oleh perubahan medan magnet matahari, yang menyebabkan kutub utara dan selatan matahari bertukar tempat. 

Saat matahari mendekati puncak siklusnya, aktivitasnya meningkat dan memunculkan bintik-bintik gelap, suar, dan letusan di permukaannya.

Berdasarkan penelitian dan pemantauan yang dilakukan oleh NASA, terdapat indikasi matahari akan mencapai puncak aktivitasnya pada 2025. Puncak aktivitas matahari ini diyakini dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas badai matahari. 

Observasi terhadap bintik matahari dan pola aktivitas matahari, memberikan petunjuk Bumi mungkin akan menghadapi periode yang berbahaya.

Namun, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), memprediksi siklus aktivitas matahari akan mencapai puncak dan menyebabkan badai matahari terjadi antara Januari dan Oktober 2024.

Dampak Badai Matahari

Dampak yang mungkin terjadi melibatkan gangguan bagi teknologi dan Infrastruktur, pada sistem komunikasi, navigasi satelit, dan jaringan listrik.

1. Gangguan pada Komunikasi
Flare matahari dapat menyebabkan gangguan pada sinyal radio dan komunikasi satelit, yang dapat memengaruhi sistem komunikasi global.

2. Gangguan Navigasi Satelit
Partikel bermuatan dari badai matahari dapat memengaruhi kinerja satelit GPS, menyebabkan ketidakakuratan dalam penentuan lokasi dan navigasi.

3. Gangguan Listrik
CME yang mencapai Bumi dapat memicu arus listrik di saluran listrik dan infrastruktur kelistrikan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada transformator dan peralatan listrik.

4. Radiasi di Lingkungan Angkasa
Astronaut dan satelit di luar angkasa dapat terpapar radiasi tingkat tinggi selama badai matahari. Badai matahari juga berdampak pada kesehatan manusia dan sistem elektronik.

Berita Terkait