Viral Guru SMPN 15 Medan Menangis, Ngaku Diintimidasi hingga Gaji Ditahan Kepsek

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 17 September 2023 14:55 WIB
Jakarta, MI - Sebuah video yang memperlihatkan sejumlah guru SMPN 15 Medan menangis di ruangan guru, viral di media sosial. Para guru itu mengeluhkan perlakuan kepala sekolah yang sedang menjabat. Dalam video yang beredar, seorang guru mengatakan kerap mendapat surat panggilan (SP) dengan alasan yang tidak jelas. Tak hanya itu, gaji mereka juga ditahan. “Pak, kami dari guru di SMP N 15 Medan, seperti ini lah, kami ditekan, diteror kami secara mental,” ujarnya sambil menangis. “Dibuat surat panggilan 1 tidak berdasar, panggilan 2 pun tidak berdasar, panggilan 3 juga tidak berdasar. Hanya karena kami dipanggil Pak Kabid, kenapa kami dipanggil? Karena kami belum gajian sampai hari ini dengan alasan yang jelas,” imbuhnya. Seorang guru bernama Cony Jeany Francis mengatakan, Kepala Sekolah Tiurmauda Situmeang, melakukan penahanan gaji karena sentimen pribadi. "Kalau sejauh ini yang saya tahu dia karena sentimen pribadi. Ibu itu tidak suka dibongkar keburukannya. Dia mencari cara lagi bagaimana menekan saya. Dibuat lah itu menahan gaji," kata Cony kepada wartawan, Sabtu, (16/9). Dia berujar, Tiurmaida kerap merendahkan para guru di depan murid dan orang tua murid. Ia juga menyebut Tiurmaida pernah memanggil pengawas dari dinas pendidikan secara tiba-tiba untuk mempermalukan para guru. Tak hanya itu, Tiurmaida dinilai kerap mengeluarkan kata-kata kasar. "Oh kami dipermalukan. Di depan murid-murid. Di depan orang tua siswa. Pengawas sengaja ditelepon untuk datang untuk mensupervisi kami tiba-tiba. Kami dipermalukan. Kata-kata kasar, hinaan, ejekan," ungkapnya. Tiurmaida pun diduga melakukan penggelapan dengan menyewakan kantin seharga Rp7,5 juta per tahun. Cony menuturkan ada 6 orang yang menyewa kantin tersebut. Sehingga Tiurmaida mendapatkan total Rp45 juta dari sewa kantin. Namun, kata Cony, pengalihan uang tersebut tidak diketahui para guru. Ia mengatakan, sebelumnya masalah sewa kantin diurus oleh koperasi sekolah. Dan pihak penyewa kantin saat itu hanya perlu membayar Rp25 ribu per hari. "Tiga lokasi kantin. Biasanya itu kantin dikelola oleh koperasi (sekolah). Nah tapi sejak ibu itu di sini, di bulan Juni. Beliau sudah memberi aba-aba sama pengelola kantin bahwasannya uang kantin itu tidak lagi diserahkan kepada pengurus koperasi. Beliau yang ambil alih," jelasnya. "Ada tiga lokasi, tiap lokasi itu ada dua orang. Jadi satu orang dia kutip Rp 7,5 juta. Untuk ketiganya dia terima Rp 45 juta per satu Juli, untuk satu tahun. Sebelumnya sewa kantin itu hanya dilakukan hanya ketika hari sekolah. Kalau hari libur nggak dikutip," sambungnya.

Topik:

Viral Medan