Rusia Berupaya Keras Mencegat Perusahaan Asing Hengkang

Nicolas
Nicolas
Diperbarui 2 Maret 2022 09:26 WIB
Moskow, Monitorindonesia.com - Presiden Rusia Vladimir Putin berupaya keras membendung arus pelarian perusahaan milik negara Barat dari negara itu karena keputusannya untuk berperang melawan Ukraina. Sebuah kebijakan kontrol modal yang dirancang untuk menghentikan eksodus perusahaan asing diumumkan oleh Perdana Menteri Mikhail Mishustin, menurut laporan kantor berita negara TASS dan RIA seperti dikutip CNN.com, Rabu (3/2/2022). Perusahaan asal negara Barat mengambil keputusan tersebut karena "tekanan politik" dan mereka akan dicegah untuk menjual aset Rusia sampai tekanan itu mereda. "Untuk memungkinkan bisnis membuat keputusan berdasarkan informasi yang akurat, sebuah rancangan keputusan Presiden Putin telah disiapkan untuk memperkenalkan pembatasan sementara bagi perusahaan asing yang memiliki aset di negara beruang putih," kata Mishustin. "Kami berharap mereka yang telah berinvestasi di negara kami dapat terus bekerja di sini," katanya menambahkan. Raksasa minyak British Petroleum (BP) adalah salah satu perusahaan terkemuka yang meninggalkan negara itu sejak pasukan negara itu menginvasi Ukraina pekan lalu. Perusahaan itu menyatakan pada Minggu bahwa pihaknya berencana untuk melepas 19,75% sahamnya di perusahaan minyak terbesar, Rosneft. Begitu juga dengan usaha patungan mereka yang merupakan salah satu investasi asing terbesar di Moscow. Sejumlah perushaan lain sejak itu turut mengikuti langkah BP, termasuk Shell (RDSA) dan Equinor dari Norwegia. TotalEnergies dari Prancis menyatakan kemarin bahwa mereka tidak akan menyuntikkan modal baru untuk proyek-proyek Rusia dan sedang menilai dampak dari penerapan sanksi Barat terhadap investasi yang ada di negara tersebut. Sejumlah perusahaan investasi global besar bergabung dengan perusahaan lain dalam melepas aset di Rusia. Perusahaan investasi kekayaan negara (sovereign wealth funds) Norwegia senilai US$1,3 triliun akan mendivestasikan saham di 47 perusahaan Rusia serta obligasi pemerintah Rusia, kata perdana menteri Norwegia pada hari Minggu. Sedangkan sekutu negara Barat lainnya memberlakukan sanksi pada sebagian besar sistem perbankan Rusia, termasuk membekukan cadangan devisa senilai ratusan miliar dolar yang telah ditimbun Moskow selama bertahun-tahun. [Lin]

Topik:

Rusia

Berita Sebelumnya

97 UMKM Manfaatkan Limbah Batu Bara PLTU Jadi Batako

Berita Selanjutnya

Untuk Dipamerkan di KTT G20, Perhutani Pasok Biomassa 2 PLTU dari Tanaman Kaliandra dan Gamal Ganti Batu Bara

Berita Terkait

Nasional
Satria Arta Kumbara (Foto: Tangkapan Layar)

TNI Ungkap Eks Marinir Gabung Tentara Rusia karena Terlilit Pinjol dan Judol

24 Juli 2025 19:21 WIB

Global
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (Foto: Ist)

Trump Murka, Rusia Terancam Tarif Impor 100 Persen dari AS

15 Juli 2025 08:07 WIB

Global
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump (Ist)

Rekaman Terungkap: Trump Sempat Ancam Bombardir Moskow

9 Juli 2025 21:30 WIB

Nasional
Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno (Foto: Ist)

Waka MPR Sambut Tawaran Kerjasama Pengembangan Nuklir Indonesia-Rusia: Peluang Strategis

22 Juni 2025 13:38 WIB

Nasional
Anggota Komisi XII DPR Syafruddin (Dok. MI)

DPR Dukung Kemitraan RI-Rusia di Sektor Migas dan Energi Nuklir

20 Juni 2025 14:22 WIB

Nasional
Presiden RI, Prabowo Subianto dan Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: Kemensetneg)

Hasil Pertemuan Prabowo dan Putin: Ini Sederet Kerja Sama RI-Rusia

20 Juni 2025 13:26 WIB