Bank Indonesia Sepertinya Sudah Menyerah Hadapi Masalah Kurs Rupiah

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 24 Oktober 2023 08:41 WIB
bank Indonesia
bank Indonesia

Jakarta, MI - Ekonom, Prof Anthony Budiawan menilai masalah kurs rupiah ternyata jauh lebih serius dari yang diperkirakan. Bank Indonesia, kata dia, sepertinya sudah menyerah. 

"Secara terbuka mengatakan, Indonesia akan masuk ke rezim suku bunga tinggi untuk jangka waktu panjang: higher for longer, untuk menjaga kurs rupiah agar tidak anjlok terlalu dalam," kata Anthony, Rabu (24/10).

Rusia, Ukraina, Timur Tengah, menurut Anthony, menjadi kambing hitam. Sangat lucu, karena mata uang Vietnam dan Thailand, misalnya, baik-baik saja. Apalagi, tambah dia, mata uang Singapore, sangat baik. "Tapi, apapun alasannya tidak penting. Faktanya, kurs rupiah sedang tidak baik, terpuruk, dan nampaknya sangat serius," lanjut Anthony.

Bank Indonesia juga menegaskan, selama ini menjaga kurs rupiah dengan intervensi pasar. Tetapi upaya ini, menurut Anthony, rupanya tidak berhasil. Kurs rupiah masih merosot. Kenaikan suku bunga acuan beberapa hari yang lalu menjadi 6 persen juga tidak efektif.

Kondisi ini membuat Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan Menteri Keuangan harus menghadap presiden Jokowi, hari Senin (23/10) Kemarin. "Tentu saja, bukan untuk hal biasa-biasa saja. Pasti ada masalah sangat serius, kurs rupiah sedang menghadapi tekanan serius," katanya.

Bank Indonesia menyerah, ungkap Anthony, masuk rezim suku bunga tinggi. Untuk jangka waktu lama. "Ekonomi akan tertekan. Harga pangan, BBM dan tarif listrik akan terkerek naik. Inflasi meningkat. Dan jumlah rakyat miskin juga akan meningkat".

"Sedangkan orang kaya akan semakin kaya. Mendapat ‘durian runtuh’ kenaikan kurs dolar AS. Semoga masyarakat siap mengatasi kesulitan ini. Siap menjadi semakin miskin. Apakah siap?" tutup Anthony. (An)