Simpang Siur Keberhasilan dan Kegagalan Program Food Estate, Mahfud Md: Rugi dong!

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 28 Januari 2024 10:49 WIB
Tanaman Singkong di Gunung Mas. (Foto: Humas Kementan)
Tanaman Singkong di Gunung Mas. (Foto: Humas Kementan)

Jakarta, MI - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Balai Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kalimantan Tengah (Kalteng) terus mengawal pertanaman jagung, singkong dan padi yang menjadi bagian pengembangan Food Estate. BSIP Kalteng menyampaikan bahwa program tersebut sedang berlangsung dengan kondisi yang sangat baik.

“Lahan Food Estate ini memang berbeda dengan di Jawa, karenanya kita harus treatment dengan teknologi yang sesuai. Para ahli agronomi, irigasi hingga ahli tanah di Kementan turun ke lapangan bekerja. Kami memulai segalanya dengan perencanaan tanam yang matang,” jelas Akhmad Hamdan Kepala BSIP Kalteng, Sabtu (27/1)

Hamdan menambahkan jenis tanah berpasir memang berbeda dengan tanah tempat lain yang sudah kaya unsur hara tanah, tapi dengan teknologi pertanaman modern, Kementan melakukan pemupukan dan irigasi secara efisien. Teknologi ini menjadi salah satu teknologi mutakhir dalam bidang irigasi yang telah berkembang di hampir seluruh dunia.

“Banyak negara di dunia yang telah menerapkan teknologi ini. Teknologi ini hemat air, tenaga dan waktu. Jadi jangan heran kalo di Food Estate kok sepi saja. Mana petaninya, ya teknologi modern makin efisien,” sambungnya.

Hamdan meyakini 600 hektar lahan Food Estate Gunung Mas tertangani dengan baik, dan Kementan akan terus bekerja di lapangan. Pemilihan jenis tanaman untuk dilakukan rotasi pun akan terus diujicobakan.

“Tanaman singkong butuh waktu lama, kalau melihat sekarang pasti kelihatan masih kecil. Tapi itu bukan stunting. Tanaman masih muda yang pasti masih kecil. Kita lihat beberapa bulan kedepan hasilnya. Jadi mohon jangan dikomentari dulu. Ahli pertanian kami sedang bekerja,” tambah Hamdan.

Namun sebaliknya, calon wakil presiden (cawapres) no urut 03 Mahfud Md mengatakan bahwa food estate adalah program pemerintah yang gagal dan merusak lingkungan sehingga membuat negara justru mengalami kerugian.

"Jangan misalnya seperti food estate yang gagal dan merusak lingkungan, yang benar saja. Rugi dong kita," jelas Mahfud saat debat keempat cawapres 2024