Rupiah Terus Tertekan, Kini di Level Rp16.585 per Dolar AS

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 19 September 2025 15:43 WIB
Rupiah Melemah ke Rp16.585 per Dolar As pada Penutupan Perdagangan, Jumat (19/9/2025) (Foto: Ist)
Rupiah Melemah ke Rp16.585 per Dolar As pada Penutupan Perdagangan, Jumat (19/9/2025) (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Nilai tukar rupiah kembali tak berdaya menghadapi dominasi dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (19/9/2025). Berdasarkan data Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,52% ke posisi Rp16.585 per dolar AS.

Pelemahan ini memperpanjang tren negatif sejak perdagangan Kamis (18/9/2025), ketika rupiah juga terkoreksi 0,46% ke level Rp16.500 per dolar AS. Dengan demikian, posisi hari ini sekaligus menjadi yang terendah sejak 14 Mei 2025 atau dalam kurun empat bulan terakhir.

Di sisi lain, penguatan dolar AS masih berlanjut. Indeks dolar AS (DXY) per pukul 15.00 WIB terpantau mengalami apresiasi sebesar 0,15% di level 97,493.

Rupiah melemah seiring dengan indeks dolar AS yang tengah menguat seiring dengan keputusan pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menilai pelemahan rupiah kali ini lebih dipengaruhi oleh cara pasar menafsirkan sikap The Fed ketimbang besaran pemangkasan suku bunga yang diumumkan.

"Rupiah cenderung melemah terhadap dolar AS pasca Federal Open Market Committee (FOMC) meeting bukan karena pemangkasan suku bunga AS itu sendiri, melainkan karena pesan keseluruhan dari rapatnya dianggap berhati-hati sehingga permintaan dolar kembali meningkat," ujar Josua.

Ia menambahkan, faktor domestik juga berkontribusi terhadap pelemahan rupiah.

Rully Wisnubroto, Senior Ekonom Mirae Asset Sekuritas, menilai arus keluar modal asing masih berlanjut sejak terjadinya reshuffle kabinet, khususnya pergantian Menteri Keuangan.

"Rupiah memang tertekan karena asing sampai kemarin masih terus keluar, sejak adanya instabilitas politik dan reshuffle, terutama pergantian Menkeu. Ada kekhawatiran terhadap independensi BI, karena cukup agresif melonggarkan kebijakan moneter," tuturnya.

Menurutnya, kekhawatiran investor atas arah kebijakan ekonomi ke depan membuat rupiah semakin rapuh terhadap gejolak global. Faktor politik tersebut memperlemah daya tarik aset rupiah, apalagi jika dipadukan dengan tren pelonggaran moneter di dalam negeri.

Topik:

nilai-tukar-rupiah rupiah-melemah dolar-as