Anjlok! Produksi Emas Freeport 2026 hanya 26 Ton

Jakarta, MI - PT Freeport Indonesia (PTFI) memperkirakan penjualan logam emas akan menurun tajam pada 2026, sebesar 43% menjadi 26 ton.

Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, menjelaskan target awal dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2026 semula mencapai 45 ton. Namun, setelah dilakukan revisi, target penjualan emas tahun depan dipangkas menjadi 26 ton.

"RKAB yang baru 2026 hanya akan memproduksi 26 ton dan ini semuanya akan dikonsumsi PT Antam. Tidak ada rencana mengekspor emas," ujar Tony dalam rapat dengar pendapat di Komisi VI DPR RI, Senin (24/11/2025). 

Tony menjelaskan, penurunan penjualan emas disebabkan terganggunya produksi akibat beberapa insiden, termasuk kebakaran di smelter Gresik dan longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave, Papua Tengah.

Operasional tambang bawah tanah Grasberg Block Cave diperkirakan baru akan berjalan secara parsial pada awal kuartal I/2026. 

Sementara itu, smelter baru PTFI juga diperkirakan baru akan berproduksi kembali pada kuartal II/2026. Hal ini lantaran PTFI berkomitmen dengan mitra strategis, Mitsubishi Materials Corporation, untuk memprioritaskan pasokan konsentrat ke smelter lama yang dikelola PT Smelting. 

"Jadi kalau kita lihat tahun 2026 kami bisa memproduksi 26 ton emas, di 2027 bisa 39 ton emas, dan juga di 2028 dan 2029 sekitar 43 ton emas," imbuhnya.

Sementara itu, produksi emas tahun ini diperkirakan hanya mencapai 33 ton, atau sekitar setengah dari total RKAB 2025 yang mencapai 67 ton. 

Meski produksi menurun, harga emas diprediksi tetap meningkat hingga tahun depan. Tahun ini, harga emas diperkirakan melonjak dari proyeksi awal RKAB 2025 sebesar US$1.900 per ounce menjadi US$3.426 per ounce.

Untuk RKAB 2026 terbaru, harga emas diperkirakan mencapai US$4.000 per ounce, sehingga proyeksi pendapatan PTFI tahun depan diperkirakan tetap mendekati target awal, yakni mencapai US$8,31 juta dari target semula US$8,52 juta.