Korban Tewas Capai 150 Orang Akibat Badai Dahsyat di Filipina

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 3 November 2022 13:58 WIB
Jakarta, MI - Jumlah korban tewas akibat badai dahsyat yang memicu banjir dan tanah longsor di seluruh Filipina telah mencapai 150 orang, kata pejabat kebencanaan setempat. Hujan diperkirakan akan turun lebih banyak di beberapa daerah yang paling parah dilanda bencana. Lebih dari 355.400 orang meninggalkan rumah mereka saat Badai Tropis Nalgae yang parah menghantam sebagian besar negara kepulauan itu akhir pekan lalu dan selama akhir pekan. Dari 150 kematian yang dicatat oleh badan bencana nasional, 63 di antaranya berada di wilayah Bangsamoro di pulau selatan Mindanao, di mana banjir bandang dan tanah longsor telah menghancurkan desa-desa. Setidaknya 128 orang terluka dan 36 masih hilang di seluruh negeri, menurut badan tersebut seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (3/11). Pihak berwenang telah memperingatkan tidak ada harapan untuk menemukan lebih banyak korban selamat. Mindanao jarang dilanda badai setiap tahun, tetapi badai yang mencapai wilayah tersebut cenderung lebih mematikan daripada di Luzon dan bagian tengah negara itu. Dengan perkiraan hujan lebih banyak pada hari Kamis, badan-badan bencana di Bangsamoro sedang memperkirakan kemungkinan kehancuran lebih lanjut di wilayah miskin dan pegunungan. "Tanah masih basah di daerah-daerah di mana banjir bandang dan tanah longsor terjadi sehingga erosi makin parah," kata Kepala Pertahanan Sipil Regional Naguib Sinarimbo. Presiden Ferdinand Marcos menyalahkan deforestasi dan perubahan iklim sebagai penyebab tanah longsor yang menghancurkan di Bangsamoro. Dia mendesak pemerintah setempat untuk menanam pohon di pegunungan gundul. "Itu satu hal yang perlu kita lakukan," kata Marcos dalam pengarahan minggu ini.Kita sudah mendengar ini berulang kali, tapi masih terus menebang pohon, katanya. Marcos telah mengumumkan keadaan bencana selama enam bulan di daerah yang paling parah terkena dampak dan membebaskan dana untuk upaya bantuan. Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa badai yang mematikan dan merusak menjadi lebih kuat ketika dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim.