Gawat! Para Jenderal Senior Rusia Mulai Membahas Penggunaan Senjata Nuklir di Ukraina

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 3 November 2022 09:28 WIB
Jakarta, MI - Para pemimpin senior militer Rusia bulan lalu membahas bagaimana dan kapan mereka dapat menggunakan senjata nuklir di medan perang di Ukraina, menurut dua pejabat AS kepada CBS News. Presiden Vladimir Putin tidak terlibat dalam pembicaraan itu, kata mereka kepada mitra BBC AS. Akan tetapi Gedung Putih menyatakan "semakin khawatir" tentang potensi penggunaan senjata nuklir selama beberapa bulan terakhir meski menekankan bahwa AS tidak melihat tanda-tanda Rusia mempersiapkan penggunaan tersebut. Sama dengan penilaian intelijen Barat sebelumnya bahwa Moskow belum memindahkan senjata nuklirnya sebagaimana dikutip BBC.com, Kamis (3/11). Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menuduh Barat "sengaja mengangkat topik" itu meskipun pembicaraan militer tingkat tinggi Rusia pada pertengahan Oktober adalah sesuatu yang sangat penting. Pada akhir September Presiden Putin telah meningkatkan retorika nuklir dan anti-Baratnya dan berbicara tentang penggunaan segala cara yang dia miliki untuk melindungi Rusia dan tanah Ukraina yang diduduki yang telah dicaploknya. "Ini bukan gertakan," katanya sembari menuduh Barat melancarkan pemerasan nuklir dan membual tentang senjata Rusia yang lebih modern daripada yang ada di gudang senjata NATO. Sedangkan menanggapi laporan media AS bahwa Rusia telah membahas penggunaan senjata nuklir, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan: "Kami semakin khawatir tentang potensi itu seiring berjalannya bulan-bulan ini. Dia mengatakan karena kekuatan Rusia di medan perang telah berkurang maka ancaman nuklirnya tampaknya meningkat. Moskow menuduh Ukraina menyiapkan "bom kotor", yang dicampur dengan bahan radioaktif, meskipun Ukraina dan Barat mengatakan Rusia hanya mencoba membuat dalih untuk menyalahkan Kyiv jika perangkat semacam itu digunakan. Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu menghubungi rekan-rekannya di AS, Turki dan Prancis untuk membicarakan dugaan persekongkolan Ukraina. Akan tetapi, ketika Kementerian Pertahanan Rusia menghasilkan foto yang mengilustrasikan temuannya, pemerintah Slovenia dengan cepat menunjukkan bahwa foto tersebut dipinjam dari Badan Pengelolaan Limbah Radioaktif dan menunjukkan detektor asap itu sudah ada sejak tahun 2010. Dalam beberapa pekan terakhir, doktrin nuklir Rusia telah berada di bawah pengawasan ketat pada keadaan di mana negara itu dapat menggunakan senjata nuklir, khususnya senjata "taktis" yang mungkin dilepaskan di medan perang di Ukraina. Sedangkan senjata nuklir taktis digunakan dalam pertempuran, sebagai lawan dari senjata "strategis" yang lebih besar yang dirancang untuk menyebabkan kehancuran besar-besaran. Ketika Rusia mengadakan latihan nuklir rutin minggu lalu, posisi Rusia adalah akan membalas serangan nuklir musuh dengan senjata strategis skala besar. Akan tetapi Putin bersikeras bahwa doktrin nuklir Rusia hanya mengizinkan penggunaan senjata nuklir untuk pertahanan. Akan tetapi pada hari Selasa Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev menyoroti elemen lain dari doktrin Rusia, yakni penggunaan nuklir jika ada ancaman eksistensial terhadap negaranya. Dia menunjukkan bahwa tujuan perang Ukraina adalah untuk memulihkan semua wilayah yang sebelumnya menjadi miliknya, dan fakta itu sendiri merupakan ancaman eksistensial.