Korea Utara Tembakkan Sedikitnya 20 Rudal Balistik, Warga Korea Selatan Berlindung di Bawah Tanah

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 3 November 2022 08:33 WIB
Jakarta, MI - Korea Utara menembakkan lebih dari 20 rudal balistik kemarin sebagai sebuah rekor baru peluncuran senjata sehingga membuat penduduk sebuah pulau milik Korea Selatan mencari perlindungan bawah tanah. Sebelumnya kedua Korea terlibat saling luncurkan rudal di wilayah perbatasan menyusul latihan militer Korea Selatan dengan Amerika Serikat. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mulai menguji coba beberapa rudal balistik dan salah satunya mendarat di selatan zona penyangga di perbatasan laut antara kedua negara. Kejadian itu untuk pertama kalinya sejak Semenanjung Korea dibagi pada tahun 1948. Korea Selatan kemudian menanggapi dengan menembakkan tiga rudal udara-ke-permukaan ke sisi utara perbatasan, yang diikuti oleh Korea Utara dengan 100 peluru artileri dan peluncuran rudal tambahan yang berlangsung hingga malam. Saling luncurkan senjata itu menandai eskalasi signifikan terbaru antara kedua tetangga setelah berbulan-bulan provokasi dari Pyongyang. Analis mengatakan pelunncuran itu merupakan tanda keinginan Kim Jong Un untuk meningkatkan ketegangan saat dia berusaha mengembangkan persenjataan nuklir sekaligus untuk menekan Amerika Serikat untuk mengurangi sanksi yang melumpuhkan. Kim juga menantang pemimpin konservatif baru Korsel dengan peluncuran senjata itu sebagaimana dikutip CNBC.com, Kamis (3/11). Karena uji coba senjatanya yang berulang kali tidak terlalu menarik perhatian dunia, Kim mencoba memprovokasi tetangganya sekaligus mencari cara baru untuk menarik perhatian dunia, kata Christopher Green, konsultan senior di Semenanjung Korea untuk International Crisis Group. Provokasi Korea Utara pada hari Rabu, meskipun sangat simbolis, "lebih untuk pertunjukan daripada eskalasi militer," katanya kepada NBC News. Beberapa jam sebelum menembakkan misil pertamanya, Korea Utara mengancam Amerika Serikat dan Korea Selatan atas latihan militer gabungan yang berlanjut minggu ini yang dianggap Korea Utara sebagai latihan untuk invasi. Sebuah pernyataan dari seorang pejabat yang dekat dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyarankan bahwa jika Korea Utara diserang, dia dapat menggunakan senjata nuklir untuk membuat kedua negara “membayar harga yang paling mengerikan dalam sejarah.”