Xi: Kawasan Asia-Pasifik Tak Boleh Jadi 'Arena Perang Dingin' AS dan China

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 18 November 2022 09:57 WIB
Jakarta, MI - Asia-Pasifik bukanlah halaman belakang siapa pun dan tidak boleh menjadi arena persaingan kekuatan besar, kata Presiden China Xi Jinping sembari memperingatkan potensi ketegangan "Perang Dingin" di wilayah yang merupakan titik nyala persaingan antara Beijing dan Washington tersebut. Pernyataan Xi menjelang KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Bangkok itu adalah referensi yang jelas atas upaya AS dengan sekutu dan mitra regional untuk melemahkan pengaruh kuat ekonomi dan militer China yang sedang tumbuh di kawasan itu. "Rakyat kita tidak akan mengizinkan upaya untuk mengobarkan perang dingin baru," kata Xi dalam sambutan tertulis yang disiapkan untuk acara bisnis yang terkait KTT APEC tersebut sebagaimana dikutip ChannelNewsAsia.com, Jumat (18/11). Kita harus mengikuti jalan keterbukaan dan inklusivitas, katanya dalam pidato yang disampaikan oleh penyelenggara seraya menambahkan kawasan itu tidak boleh berubah menjadi "arena kontestasi kekuatan besar". "Unilateralisme dan proteksionisme harus ditolak oleh semua. Setiap upaya untuk mempolitisasi dan mempersenjatai hubungan ekonomi dan perdagangan juga harus ditolak oleh semua," katanya. Hubungan antara China dan AS semakin tegang dalam beberapa tahun terakhir karena masalah-masalah seperti tarif, Taiwan, kekayaan intelektual, pencabutan otonomi Hong Kong, dan perselisihan atas Laut Cina Selatan. Sementara itu, dalam langkah yang mungkin dilihat oleh Beijing sebagai teguran, seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan Wakil Presiden Kamala Harris akan mengunjungi pulau Palawan Filipina yang berada di tepi Laut China Selatan yang disengketakan. Perjalanan itu akan menjadikan Harris sebagai pejabat AS berpangkat tertinggi yang mengunjungi rantai pulau yang berdekatan dengan Kepulauan Spratly tersebut. China telah lama mengeruk dasar laut untuk membangun pelabuhan dan lapangan udara di Spratly, yang sebagian juga diklaim oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam. Xi mengatakan kepada mitranya dari Filipina Ferdinand Marcos Jr pada pertemuan di Bangkok bahwa kekuatan hubungan bilateral bergantung pada hubungan yang stabil di laut, kata penyiar negara CCTV China mengacu pada perselisihan wilayah Laut China Selatan. Harris akan berkunjung ke Palawan setelah menghadiri pertemuan APEC yang mengikuti serangkaian KTT regional yang selama ini didominasi oleh ketegangan geopolitik atas perang di Ukraina. Pada pertemuan G20 di Bali, negara-negara dengan suara bulat mengadopsi deklarasi yang mengatakan sebagian besar anggota mengutuk perang Ukraina, tetapi juga mengakui bahwa beberapa negara memandang konflik tersebut secara berbeda. Tuan rumah Indonesia mengatakan perang adalah isu yang paling diperdebatkan. Rusia adalah anggota G20 dan APEC, tetapi Presiden Vladimir Putin menjauh dari KTT. Wakil Perdana Menteri Andrey Belousov akan mewakilinya di APEC. Tuan rumah Thailand pada hari Kamis mengatakan para pemimpin yang berkumpul untuk forum APEC harus mengatasi perbedaan. Menteri Luar Negeri Don Pramudwinai mengatakan pertemuan blok beranggotakan 21 negara itu, yang dimulai Jumat, berlangsung pada saat yang sangat penting ketika dunia menghadapi berbagai risiko. “Itulah mengapa APEC tahun ini harus mengatasi tantangan ini dan memberikan harapan kepada dunia secara luas,” ujarnya. Perdana Menteri Australia Anthony Albanese termasuk di antara mereka yang juga menghadiri pertemuan utama, sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron adalah tamu istimewa. Xi juga mengadakan pertemuan puncak yang jarang terjadi dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida saat berada di Bangkok. Pertemuan tingkat pemimpin itu merupakan yang pertama antara kedua negara dalam hampir tiga tahun. Kishida mengatakan dia menyampaikan keprihatinan tentang perdamaian di Selat Taiwan. Dia menegaskan kembali kepada Xi akan membuka kembali dialog antara pejabat diplomatik dan berkomunikasi secara dekat. Kedua pemimpin juga setuju bahwa Rusia tidak boleh menggunakan opsi nuklir di Ukraina.