Anggota Parlemen AS Meminta Perusahaan Teknologi untuk Mengarsipkan Bukti Potensi Kejahatan Perang Rusia
Venny Carasea
Diperbarui
13 Mei 2022 07:30 WIB
Jakarta, MI - Empat anggota parlemen Demokrat pada Kamis (12/5) waktu setempat meminta CEO YouTube, TikTok, Twitter dan pemilik Facebook Meta Platforms Inc untuk mengarsipkan konten yang dapat digunakan sebagai bukti dugaan kejahatan perang Rusia di Ukraina.
Ukraina dan Barat mengatakan pasukan Rusia telah melakukan kejahatan perang dalam 11 minggu invasi tetangganya, di mana ribuan warga sipil telah tewas. Rusia membantah tuduhan itu dan mengatakan tidak menargetkan warga sipil.
Dalam sebuah surat kepada CEO Meta Mark Zuckerberg, anggota parlemen, termasuk para pemimpin Komite Pengawasan DPR dan Urusan Luar Negeri, Carolyn Maloney dan Gregory Meeks, mendorong perusahaan untuk menyimpan konten yang diposting di situsnya.
Konten itu "berpotensi digunakan sebagai bukti ketika pemerintah AS dan pemantau hak asasi manusia dan akuntabilitas internasional menyelidiki kejahatan perang Rusia, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kekejaman lainnya di Ukraina," kata surat itu.
Surat-surat itu juga ditandatangani oleh dua ketua subkomite, William Keating dan Stephen Lynch.
Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengeluarkan resolusi pada hari Kamis untuk mengadakan penyelidikan terhadap kemungkinan kejahatan perang oleh pasukan Rusia di tempat-tempat dekat ibukota Kyiv dan sekitarnya, sebuah langkah yang Rusia katakan sama dengan penyelesaian politik.
Berita Sebelumnya
Berita Terkait
Politik
Fraksi PKS: Tidak Ada Alasan Lagi Bagi PBB untuk Tidak Menindak Israel
22 Juli 2024 14:15 WIB
Ekonomi
Komisi VI Kritisi Rencana Tiktok Ingin Menguasai Lini Bisnis Tanah Air
19 Juli 2024 14:41 WIB