Sedikitnya 150 Orang Tewas Akibat Bentrokan Etnis di Sudan

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 21 Oktober 2022 11:43 WIB
Jakarta, MI - Sedikitnya 150 orang tewas selama dua hari bentrokan akibat peetikaian etnis terkait sengketa tanah di negara bagian Nil Biru di wilayah selatan Sudan. Pertumpahan darah itu merupakan yang terburuk dalam beberapa bulan terakhir, banyak warga turun ke jalan-jalan di ibu kota negara bagian Blue Nile, wilayah Damazin, sebagai bentuk aksi protes kemarin. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang mengutuk konflik yang telah menewaskan ratusan orang tahun ini. "Total 150 orang termasuk wanita, anak-anak dan orang tua tewas antara Rabu dan Kamis," kata Abbas Moussa, kepala rumah sakit Wad al-Mahi. Sekitar 86 orang juga terluka dalam kekerasan itu. Bentrokan di Blue Nile pecah minggu lalu setelah dilaporkan adanya pertengkaran atas tanah antara anggota suku Hausa dan kelompok-kelompok yang bersaing. Penduduk melaporkan ratusan orang melarikan diri dari tembakan senjata yang intens dan rumah-rumah dibakar. Pertempuran berpusat di sekitar daerah Wad al-Mahi dekat Roseires, 500km (310 mil) di selatan ibu Kota Khartoum. Pada hari Kamis, ratusan orang berbaris melalui Damazin dan beberapa menyerukan agar gubernur negara bagian itu dipecat. “Tidak, tidak untuk kekerasan,” teriak para demonstran seperti dikutip Aljazeera.com, Jumat (21/10). Eddie Rowe, kepala bantuan PBB untuk Sudan, mengatakan dia “sangat prihatin” tentang bentrokan yang terus berlanjut dan melaporkan “170 orang yang belum dikonfirmasi telah tewas dan 327 terluka” sejak kerusuhan terbaru dimulai pada 13 Oktober. Bentrokan suku yang meletus pada bulan Juli menewaskan 149 orang pada awal Oktober. Pekan lalu, pertempuran baru menewaskan 13 orang lagi, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA). Pertempuran Juli melibatkan Hausa, sebuah suku dengan asal-usul di Afrika Barat, dan orang-orang Berta, setelah sengketa tanah. Pada hari Kamis, sebuah kelompok yang mewakili Hausa mengatakan mereka telah diserang oleh orang-orang yang bersenjatakan senjata berat selama dua hari terakhir, tetapi tidak menyalahkan suku atau kelompok tertentu atas serangan itu.
Berita Terkait