Mengenal Bintang Film 'Naga Sakti' yang Jadi Pelayan Tuhan

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 25 Juli 2023 12:40 WIB
Jakarta, MI - Para pecinta film "Naga Sakti" apakah masih ingat dengan artis senior Ricky Hosada, dialah pemeran utama film Naga Sakti. Pria kelahiran Palopo ini merupakan aktor laga yang sukses di berbagai film layar lebar era tahun 1985-1990. Namun, ia sempat menghilang beberapa waktu lamanya di dunia Entertainment. Sejak tahun 2021 diketahui, Ricky mulai aktif lagi kembali di dunia acting, setelah sebelumnya menghilang dari dunia peran tidak kurang dari 20 tahun. "Saya cukup lama istirahat dari dunia acting, dan selama istirahat itu, saya jadi pelayan Tuhan. Semoga dengan kembalinya saya di dunia Intertainment ini dapat memberikan manfaat baik di dunia perfilman dan juga rekan sahabat semua," kata Ricky dikutip, Selasa (25/7). Dijelaskan Ricky, hilangnya dirinya dari dunia Entertainment, lantaran sakit. Lalu, ia memilih untuk pulang ke kampung halamannya di Sulawesi Selatan. "Hilangnya saya dari dunia Entertainment, semua manusia mungkin pernah mengalami atau merasa hidup hampa walaupun saat itu karier saya sedang menanjak," ungkapnya. "Saya memilih kembali ke Ujung Pandang (Sulawesi Selatan) karena sakit dan didoakan kesembuhan oleh Pdt. Benyamin Erohi dan Pdt. Daniel Subianto. Merekalah yang melayani dan menuntun saya kepada Tuhan, sejak itulah saya melayani Tuhan dan membuat hati saya bersukacita untuk melayani orang-orang yang butuh pertolongan," sambungnya. Adapun beberapa film yang telah dibintangi Ricky diantaranya bersama Barry Prima melawan Advent Bangun dalam film Kelabang Seribu (1987), bermain bersama Rani Soraya bertarung melawan Advent Bangun dalam film Bangkitnya si Mata Malaikat (1988) bermain film Pendekar Lembah Kuning (1988) bermain film Harga Sebuah Kejujuran (1988) Pendekar Ilmu Api (1989). Kemudian, sempat bermain dengan bintang laga Australia Peter O Brian dalam produksi PT Rapi Film berjudul Membakar Lingkaran Api (1989), Naga Sakti (1986) bersama Wieke Widowaty dan Alicia Djohar, Jubah Hitam (1987) bersama Wieke Widowaty dan Emma Febry, Cakar Harimau (1988) bersama Wieke Widowaty dan Boy Tirayoh, Peluru dan Mesiu (1988) bersama Harry Capry dan Wieke Widowaty, Gadis Pendekar (1989) bersama Yurike Prastika, Zaitun Sulaiman, Melindas Karang Kapur bersama Johan Saimima, Manusia Penunggu Jenazah bersama Hengky Tornado dan Rani Soraya. Ricky Hosada juga tergabung di organisasi Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI), sebagai salah satu Pengurus Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO), yang diketuai oleh Pong Hardjatmo. "Sebagai seorang aktor laga, saya juga bergabung di organisasi PARFI, organisasi terbesar yang lahir ditahun 1956 dan duduk sebagai salah satu anggota DPO," ungkapnya. Dengan kembalinya Ricky, Ia berharap film Indonesia dapat kembali menjadi tuan rumah di negeri sendiri. "Film Indonesia pernah berjaya, walaupun sekarang terlihat lesu, hal ini kemungkinan dikarenakan adanya berbagai permasalahan, diantaranya produksi film yang cukup mahal, dan pengusaha film yang harus benar benar paham dengan "Pasar", karena sekarang sudah ada media sosial dan beberapa media lain yang mungkin saja bisa menggantikan posisi bioskop sebagai tempat pemutaran film," jelasnya. Sebagai salah satu aktor laga senior, Ricky Hosada tidak lupa memberikan semangat kepada para talent yang baru muncul keduniaan seni peran. "Beractinglah dengan hatimu, agar bisa mendalami karakter atau peran yang akan dimainkan, jangan pernah sombong ketika mulai terkenal, karena kesombongan akan menghancurkan kariermu hanya dalam sekejap," pungkasnya.
Berita Terkait