BMKG: Penyebab Udara Jakarta Terburuk di Dunia Dipicu Konsentrasi PM2.5

Aan Sutisna
Aan Sutisna
Diperbarui 19 Juni 2022 00:46 WIB
Jakarta, MI - Berdasarkan data IQAir pada Jumat (17/6) pukul 11:30 WIB, indeks kualitas udara Jakarta adalah 158 AQI US. Sedangkan konsentrasi PM2.5 di udara 14 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan WHO. Data ini menunjukkan kualitas udara Jakarta masuk kategori tidak sehat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan sejumlah faktor yang memengaruhi peningkatan konsentrasi PM2.5 yang terjadi di Jakarta beberapa hari terakhir. PM2.5 merupakan salah satu polutan udara dalam wujud partikel dengan ukuran yang sangat kecil, yaitu tidak lebih dari 2,5 µm (mikrometer). Dengan ukurannya yang sangat kecil ini, PM2.5 dapat dengan mudah masuk ke dalam sistem pernapasan dan dapat menyebabkan gangguan infeksi saluran pernapasan, juga gangguan pada paru-paru. Selain itu, PM2.5 dapat menembus jaringan peredaran darah dan terbawa oleh darah ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner. Peningkatan konsentrasi PM2.5 yang berdampak pada penurunan kualitas udara memberikan pengaruh negatif pada individu yang memiliki riwayat terhadap gangguan saluran pernapasan dan kardiovaskuler. Untuk itu masyarakat diimbau mengurangi aktivitas di luar ruangan dan menggunakan pelindung diri seperti masker yang sesuai untuk mengurangi tingkat paparan terhadap polutan udara. Menurut Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko, tingginya konsentrasi PM2.5 dibandingkan hari-hari sebelumnya juga dapat terlihat saat kondisi udara di Jakarta secara kasat mata terlihat cukup gelap Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (18/6), Urip Haryoko menyampaikan analisis bahwa konsentrasi PM2.5 di udara Jakarta dipengaruhi berbagai sumber emisi baik yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, maupun dari sumber regional dari kawasan industri dekat dengan Jakarta. Emisi ini dalam kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh parameter meteorologi dapat terakumulasi dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi yang terukur pada alat monitoring pengukuran konsentrasi PM2.5. Selain itu, proses pergerakan polutan udara seperti PM2.5 dipengaruhi oleh pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan konsentrasi PM2.5. "Pola angin lapisan permukaan memperlihatkan pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, dan memberikan dampak terhadap akumulasi konsentrasi PM2.5 di wilayah ini," kata Urip Haryoko. Faktor lainnya yang mempengaruhi peningkatan PM2.5 yakni tingginya kelembapan udara relatif menyebabkan peningkatan proses adsorpsi (perubahan wujud dari gas menjadi partikel). Proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi PM2.5 yang difasilitasi oleh kadar air di udara. Selain itu, kelembapan udara relatif yang tinggi dapat menyebabkan munculnya lapisan inversi yang dekat dengan permukaan. Lapisan inversi merupakan lapisan di udara yang ditandai dengan peningkatan suhu udara yang seiring dengan peningkatan ketinggian lapisan. "Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM2.5 yang ada di permukaan menjadi tertahan, tidak dapat bergerak ke lapisan udara lain, dan mengakibatkan akumulasi konsentrasinya yang terukur di alat monitoring," kata Urip Haryoko. [iwah] #udara jakarta #udara jakarta

Topik:

BMKG Polusi udara Gugat Polusi Udara Jakarta udara jakarta