Kemendagri Desak Perum Bulog Turunkan Harga Beras

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 22 Juli 2024 17:08 WIB
Bongkar muat beras bulog impor di salah satu pelabuhan (Foto: Antara)
Bongkar muat beras bulog impor di salah satu pelabuhan (Foto: Antara)

Jakarta, MI - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mendesak Perum Bulog supaya gerak cepat dan sensitif dalam memonitor dan mengantisipasi harga beras yang bergerak naik. Sebab, ada kenaikan jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga beras.

Karena itulah, Plt Sekretaris Jenderal Kemendagri, Tomsi Tohir, mendorong Perum Bulog untuk melakukan langkah-langkah intervensi guna menekan harga beras yang naik di beberapa wilayah. 

Hal tersebut disampaikan Tomsi dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024 pada Senin (22/7/2024).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras di pekan ketiga Juli naik mencapai 0,27% jika dibandingkan dengan Juni 2024.

Di sisi lain, jumlah Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan harga beras juga ikut meningkat dari sebelumnya 113 menjadi 116 wilayah. Secara keseluruhan, beras mengalami kenaikan harga pada posisi 32,22% wilayah di Indonesia.

Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Epi Sulandari, menjelaskan, secara umum pihaknya berharap jangan ada daerah-daerah yang harga beras mulai bergerak naik. 

Namun fakta di lapangan memang mulai bergerak naik kurang lebih 32,22% wilayah di Indonesia. Bahkan pada minggu ketiga ini terjadi kenaikan harga beras. 

Tentang daerah dilanda harga beras mulai naik, karena itulah Ibu Epi fokus untuk intervensi selain daripada daerah yang secara umum, Ibu juga jelaskan tadi untuk Indonesia, saya sepakat," kata Tomsi yang disiarkan secara daring melalui akun YouTube Kemendagri RI, Senin (22/7/2024).

Dia pun memberikan Perum Bulog selama seminggu untuk mengatasi hal tersebut. Epi menekankan meski terjadi kenaikan yang tipis per minggu-nya, tidak bisa dianggap remeh.

"Diharapkan sebelum rapat hari Senin di Bulog, sudah rapat sendiri nih ngurusin yang 32% itu apa yang akan dilakukan guna.mengatasinya," harap Epi.

Dia menyebutkan, salah satu kenaikan harga beras terjadi lantaran telah memasuki musim tanam sehingga berpengaruh pada produksi beras.

Namun, apabila melihat dari tren dari tahun ke tahun, pada bulan Juli memang selalu terjadi kenaikan harga beras. Padahal, Perum Bulog mempunyai stok beras yang diserap dari petani maupun impor.

Untuk itu, dia mendorong kementerian/lembaga (K/L) terkait untuk mengatasi hal tersebut. 

Dia menambahkan, K/L dapat menemukan langkah untuk menekan harga beras meskipun memasuki musim tanam.

"Bagaimana memikirkan pada musim tanam pun beras tidak naik walaupun kenaikannya sedikit. Tapi setiap minggu naik sedikit-sedikit lama-lama menjadi besar," lanjutnya.

Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) rata-rata harga beras secara nasional di kalangan pedagang eceran mencapai Rp 15.530/kg untuk beras premium. Sementara, untuk beras medium harganya sekitar Rp 13.550/kg. (Sar)