Mengenal Misophonia Gangguan Emosi Akibat Suara

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 28 Januari 2023 21:35 WIB
Jakarta, MI - Pernahkah kamu saat mendengar suara tertentu, merasa sangat marah atau cemas? Misalnya ketika saudara kamu mendengarkan musik dengan suara speaker maksimal, tentu kamu akan merasa terganggu dan sensitif dengan suara tersebut. Jika iya, mungkin kamu mengalami gangguan misophonia, yakni reaksi emosional yang sangat kuat dan negatif terhadap suara tertentu. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan gangguan lain seperti sesak napas hingga peningkatan denyut jantung. Apa itu misophonia? Misophonia atau sindrom sensitivitas suara selektif adalah fenomena yang menyebabkan emosi dan reaksi yang sangat kuat terhadap suara tertentu. Contoh suara pemicunya adalah suara mengunyah, suara napas yang berat, suara air yang menetes, dan lain-lain. Misophonia dapat memengaruhi orang dengan sangat berbeda. Beberapa orang mungkin hanya memiliki satu suara pemicu yang menyebabkan reaksi ini. Namun, ada juga yang memiliki beberapa suara pemicu. Orang dengan misophonia juga dapat memiliki reaksi yang parah atau lebih dari itu. Beberapa orang tidak dapat mengendalikan emosi yang mereka rasakan, tetapi dapat mengendalikan respons mereka. Bahkan, orang yang mengalami misophonia juga terkadang tidak bisa mengontrol dan menyebabkan mereka bereaksi secara impulsif. Gejala misophonia Misophonia umumnya dapat dikenali dari gejala utamanya, yakni reaksi negatif yang kuat saat mendengar suara pemicu. Gejala misophonia mencakup serangkaian perasaan, emosi dan sensasi fisik, diantaranya: Perasaan jengkel dan jijik Marah atau perasaan agresi, termasuk keinginan untuk menyerang secara fisik atau verbal Gugup atau gelisah dalam situasi yang dapat melibatkan suara pemicu Cemas atau panik, seperti merasa terjebak atau kehilangan kendali Sesak atau tekanan di seluruh tubuh atau di dada Peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh Saat kamu mengalami kesulitan untuk mengatasi suara pemicu tersebut, kamu mungkin akan mulai menghindari tempat-tempat yang biasanya mendengar suara tersebut. Misophonia pada akhirnya dapat sedikit mengganggu kehidupan sehari-hari. Suara pemicu misophonia Suara pemicu misophonia bisa sangat bervariasi antar individu. Pemicu ini juga dapat berubah atau meningkat seiring waktu. Beberapa suara pemicu misophonia yang paling umum ialah suara lisan yang dibuat oleh orang lain seperti, Mengunyah makanan, Menyeruput, Menelan, Pernapasan yang keras dan Mengecap bibir. Sedangkan, suara pemicu misophonia lain mungkin termasuk, Suara terisak, Mengeklik pena berulang kali, gemerisik kertas atau kain, jam berdetak, denting gelas, pengikir atau pemotong kuku dan kicau burung atau jangkrik. Cara mengatasi Jika kamu mengalami misophonia akibat kondisi tinnitus, disarankan untuk mengikuti pelatihan ulang tinnitus untuk membantu kamu belajar menerima dan menoleransi suara-suara. Jika dilakukan dengan rutin, ini dapat membantu Anda mengurangi sensitivitas terhadap suara pemicu. Metode lain yang bisa dilakukan dengan counterconditioning. Perawatan ini memasangkan pemicu suara yang lebih lemah dengan sesuatu yang mendorong perasaan positif atau bahagia, seperti lagu favorit, foto orang yang dicintai, atau sesuatu yang menenangkan saat disentuh. Dikutip dari berbagai sumber, perawatan ini mamou membantu seseorang dengan misophonia mengurangi responsnya terhadap pemicu suara. Selain itu, ada beberapa strategi lain yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi gangguan ketika mendengar suara pemicu: Menggunakan headphone peredam bising. Mendengarkan musik, suara yang menenangkan, atau white noise. Mengalihkan perhatian anda dengan mantra atau afirmasi yang menenangkan. Dengan sopan meminta orang yang membuat suara untuk berhenti. Jika masih belum bisa teratasi, cobalah mencari dukungan dari profesional untuk bisa memberikan saran mengenai cara mengatasinya dengan lebih tepat.

Topik:

misophonia
Berita Terkait