Politisasi Kematian Rekan Jurnalis di Tengah Duka: Tindakan yang Tak Bermoral dan Tak Menghormati Nilai-nilai Kemanusiaan

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 2 Oktober 2024 23:34 WIB
Ilustrasi - Kematian Jurnalis (Foto: Istimewa)
Ilustrasi - Kematian Jurnalis (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Kematian seorang rekan wartawan, Sadono Priyo, usai latihan tenis mejapada Selasa (1/10/2024), adalah momen duka yang seharusnya dihormati dan dijadikan refleksi bersama atas jasa-jasa yang telah diberikan almarhum kepada dunia jurnalisme. 

Tragedi semacam ini bukan sekadar kehilangan personal, tetapi juga kehilangan bagi komunitas pers yang selama ini berjuang untuk menyampaikan kebenaran dan informasi yang akurat kepada masyarakat.

Namun, sangat disayangkan ketika kematian seorang wartawan justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan kelompoknya. 

Politisasi atas tragedi ini tidak hanya mencederai integritas pribadi almarhum, tetapi juga melukai keluarga yang tengah berduka.

"Ini adalah tindakan yang tidak bermoral dan tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan," kata praktisi media Dar Edi Yoga, Rabu (2/10/2024).

Pun, dia menyesalkan atas pemberitaan sebuah media online beberapa waktu lalu.

"Sebagai komunitas wartawan, kami menegaskan, kematian rekan seprofesi harus dihormati dengan penuh kebijaksanaan," jelasnya.

Menurutnya, penghormatan tertinggi kepada almarhum adalah dengan menjaga integritas, terus menyuarakan kebenaran, dan menjauhkan kepentingan ambisi seseorang atau kelompoknya dari tragedi personal seperti ini.

Pengurus PWI Jaya ini pun mengecam keras segala bentuk politisasi yang memanfaatkan duka keluarga dan rekan wartawan. 

"Karena tragedi ini harus menjadi ajang untuk berempati, bukan untuk kepentingan kelompok yang tengah bermasalah di Kebon Sirih".

"Integritas profesi jurnalis harus terus dijaga, dan kami berharap semua pihak menghormati duka keluarga dan komunitas pers dengan sepantasnya," pungkas Yoga.

Topik:

Kematian Jurnalis Jurnalis Pers