Prabowo-Gibran Dinilai Terlalu Sibuk Menyampaikan Ide Elitis Ketimbang Memikirkan Masalah Rakyat

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 10 Mei 2024 17:03 WIB
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ray Rangkuti (Foto: Ist)
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ray Rangkuti (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ray Rangkuti, menyoroti langkah politik presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka usai putusan Mahkamah Konstitusi terkait sidang sengketa Pilpres 2024.

Menurutnya pasca berlalunya putusan MK dan pengumuman pemenang Pilpres oleh KPU, tak ada gagasan yang datang dari kubu Prabowo-Gibran terkait masalah yang tengah dihadapi rakyat. 

"Setelah 2 minggu berlalu sejak putusan MK dibacakan oleh MK, kita belum mendengar pasangan Prabowo-Gibran mengemukakan ide yang berhubungan dengan situasi kekinian," kata Ray kepada Monitorindonesia.com Jumat (10/5/2024). 

Kata Ray, seperti masalah mahalnya biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT), hingga harga kebutuhan pokok dan lain-lain semestinya mendapatkan perhatian khusus dari Prabowo-Gibran. 

"Apakah itu terkait dengan tingginya biaya UKT, harga bahan pokok yang terus merangkak, dan sebagainya," ucapnya. 

Alih-alih memikirkan masalah rakyat, Prabowo-Gibran dinilai hanya sibuk menyampaikan gagasan elitis untuk membagi-bagikan kekuasaan kepada para elite pendukungnya di Pilpres 2024.

"Prabowo-Gibran malah lebih sibuk mengutarakan ide elitis yang berpusat pada pengelolaan kekuasaan antar elit, dari silaturrahmi elit, rencana koalisi, presidential club dan kini penambahan jumlah menteri," pungkasnya. 

Sehingga kata Ray, Prabowo-Gibran terkesan hanya memuluskan jalan kekuasaan bagi para elite partai politik pendukungnya ketimbang memberikan kekuasaan kepada rakyat yang pantas menerimanya. 

"Semua narasi ini lebih berkesan memuluskan jalan tahta bagi elite parpol, bukan tahta bagi rakyat," tandasnya.