Jokowi Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 6 Mei 2024 15:54 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi), meluncurkan PPDS Berbasis Rumah Sakit Pendidikan (hospital based) di Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita, Jakarta, Senin (6/5/2024). [Foto: Doc. Kemenkes]
Presiden Joko Widodo (Jokowi), meluncurkan PPDS Berbasis Rumah Sakit Pendidikan (hospital based) di Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita, Jakarta, Senin (6/5/2024). [Foto: Doc. Kemenkes]

Jakarta, MI - Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi meluncurkan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Berbasis Rumah Sakit Pendidikan (hospital based) pada Senin (6/5). Peluncuran ini berlangsung di RSAB Harapan Kita, Jakarta.

Jakarta, MI - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi meluncurkan program pendidikan dokter spesialis (PPDS) berbasis rumah sakit atau hospital based di Jakarta Barat, Senin (6/5). Peluncuran ini berlangsung di RSAB Harapan Kita, Jakarta.

Dalam kesempatan itu, Jokowi menyoroti minimnya dokter spesialis di sejumlah wilayah Indonesia. Tak hanya itu, mereka tidak terdistribusi dengan baik, bahkan terhitung 59 persen dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa.

Saat ini, jumlah dokter umum di Indonesia hanya sebanyak 156.310 dokter. Dengan target 1 dokter umum per 1.000 penduduk, Indonesia masih kekurangan 124.294 dokter umum. Rata-rata, terdapat sekitar 12.000 lulusan setiap tahun dari 117 fakultas kedokteran (FK) di Indonesia.

“Oleh sebab itu, saat ini harus ada terobosan, kita harus membuat terobosan, kita harus berani memulai," kata Jokowi, Senin (6/5/2024).

Sementara itu, jumlah dokter spesialis di Indonesia mencapai 49.670. Menurut Bappenas, rasio ideal dokter spesialis, yakni 0,28 per 1.000 penduduk. Dengan demikian, Indonesia masih kekurangan 29.179 dokter spesialis. Rata-rata, terdapat sekitar 2.700 lulusan setiap tahun dari 24 fakultas kedokteran penyelenggara pendidikan dokter spesialis saat ini.

Selain itu, distribusi dokter spesialis juga tidak merata. Sekitar 59% dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa.

"Dengan 24 fakultas kedokteran yang dapat menyelenggarakan pendidikan dokter spesialis dan 420 rumah sakit dari 3.000 RS di Indonesia berpotensi menjadi Rumah Sakit Pendidikan, ini harus dijalankan bersama-sama agar segera menghasilkan dokter spesialis yang sebanyak-banyaknya dengan standar Internasional,” ujarnya.

Sementara tu, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ingin mengatasi masalah utama yang belum terselesaikan selama 79 tahun, yakni distribusi dokter yang tidak merata.

Karena itu, Kemenkes merumuskan kebijakan rencana 15 tahun ke depan, salah satunya adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan.

Saat ini, dengan hanya 2.700 lulusan per tahun, butuh lebih dari 10 tahun untuk memenuhi kebutuhan dokter spesialis. Dengan hospital base bisa mempercepat pemenuhan dokter spesialis dari 10 tahun menjadi sekitar 5 tahun.

“Kita perlu mendistribusikan sekitar 29.000 dokter spesialis sampai ke level kabupaten/kota dan ini akan secara dinamis kita lakukan,” kata Menkes Budi.

Dari sisi kualitas, dokter spesialis lulusan program berbasis rumah sakit ini, setara dengan dokter spesialis lulusan program pendidikan di dunia. 

Pasalnya, Kemenkes melibatkan seluruh kolegium di Indonesia dan kolegium dari luar negeri serta Accreditation Council for Graduate Medical Education (ACGME), sebagai organisasi akreditasi yang menetapkan standar pendidikan rumah sakit dari rumah sakit pendidikan terkemuka seperti Mayo Clinic dan Johns Hopkins Hospital.

“ACGME untuk bantu memastikan semua standar lulusan rumah sakit pendidikan di Indonesia sama dengan standar dari John Hopkins dan Mayo Clinic,” ujarnya.