Siratkan Pesan Persaudaraan, Darmadi Durianto Apresiasi Festival Bakcang

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 6 Juni 2022 19:00 WIB
Jakarta, MI - Anggota DPR RI dari fraksi PDIP Darmadi Durianto mengapresiasi pelaksanaan acara tradisi makan Bakcang. Diketahui, tradisi makan Bakcang muncul sejak zaman Qun Chiu (722 SM–481 SM). Tradisi ini biasanya dirayakan bulan lima tanggal lima penanggalan lunar. Menurutnya, tradisi tersebut merupakan sarana mempererat persaudaraan dan persatuan. "Tradisi makan Bakcang bukan hanya sekedar acara makan semata tapi ada makna filosofis dibalik lahirnya tradisi tersebut. Tradisi tersebut mengingatkan kita akan pentingnya mempererat persaudaraan dan persatuan sesama anak bangsa. Ini yang mesti kita jaga dan kita lestarikan tradisi semacam ini," ucap Anggota Komisi VI DPR RI itu. Tak hanya itu, Darmadi menambahkan, tradisi makan Bakcang merupakan simbol keakraban sesama anak bangsa dalam kondisi apapun. "Makna simbolistiknya bahwa kita mesti saling gotong royong dalam kondisi apapun. Susah senang kita harus bersama rakyat," ujarnya. Diketahui, Perhimpunan Tionghoa Kalbar Indonesia (PTKI) merayakan Festival Bakcang di P4 Season City Jakarta, Minggu (5/6) sebagai bentuk saling merangkul, saling menjaga silaturahmi dan persaudaraan. PTKI merupakan organisasi yang dibentuk dengan semangat persaudaaran yang kental sebaimana isi bakcang yang padat, lengket dan kental. Bakcang sendiri dibuat dari beras ketan yang isinya ketika sudah matang bersifat lengket jika dimaknai memiliki arti bahwa persaudaraan harus terus dijaga agar tetap lengket, tetap terjalin dengan baik, tanpa membedakan latar belakang apa pun. Dengan tingginya rasa persaudaraan dengan siapa pun maka segala masalah dengan mudah dapat diselesaikan. Selain itu Festival Bakcang juga untuk mengenang nilai-nilai kepemimpinan yang setia kepada rakyat. Dikisahkan Qu Yuan seorang menteri di negara Chu yang karena dedikasinya yang besar kepada rakyat, kemudian dihasut oleh keluarga kerajaan sehingga dipecat dan diusir dari negaranya. Melihat kondisi negaranya yang semakin korup dan kacau, ia kemudian bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo. Rakyat yang kemudian merasa sedih beramai-ramai mencari jenazah sang menteri di sungai tersebut. Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dalam sungai tersebut tidak mengganggu jenazah sang menteri. Mereka membungkus makanannya dengan daun-daunan yang kita kenal sebagai bakcang sekarang. Para nelayan yang mencari-cari jenazah sang menteri dengan berperahu akhirnya menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu naga setiap tahunnya di berbagai negara. [Sul]