Invasi Ukraina, Peringkat Putin Meningkat Signifikan

Nicolas
Nicolas
Diperbarui 2 April 2022 04:15 WIB
Moskow, MI - Peringkat Presiden Rusia Vladimir Putin meningkat sejak dimulainya aksi militer di Ukraina. Sejumlah 83 persen warga Rusia menyetujui tindakan Putin ke Ukraina. Demikian lembaga survei Levada Center yang dikutif dari Reuters pada Kamis (31/4). Angka itu naik 12 persen dibanding naik Februari yang masih diangka 71 persen. Dari hasil survey tersebut, sebanyak 15 persen responden tidak setuju--turun dari 27 persen --dan 2 persen tidak punya pendapat. Pemerintah Rusia dan Perdana Menteri Mikhail Mishustin juga meningkatkan peringkat persetujuannya. Putin melancarkan operasi militer di Ukraina dengan alasan menindak "genosida" penutur bahasa Rusia di sana, dan menuduh negara pro-Barat itu memiliki hubungan dekat dengan NATO. Rusia menganggap sikap Ukraina itu sebagai ancaman di perbatasannya dengan Barat. Ancaman Putin Sementara ancaman Putin yang akan memotong pasokan apabila menolak membayar gas dengan rubel membuat beberapa negara di Eropa mulai bersiap menghadapi situasi terburuk. Para pengusaha Jerman menyambut baik siap Berlin yang memberikan peringatan dini darurat gas . Jerman akan menjadi yang pertama terkena penjatahan gas jika Rusia mematikan keran pasokan. Jika Jerman dipaksa untuk menjatah gas, rumah tangga dan layanan darurat seperti rumah sakit akan mendapatkan prioritas. Kondisi ini bakal menjadi tekanan berat bagi produsen yang mengandalkan gas untuk produksi, dampaknya mendorong kenaikan harga dan mungkin menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan. Peringatan dini yang telah dirilis pemerintah Jerman bertujuan untuk membantu bisnis mempersiapkan strategi ke depannya. Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck juga berharap mendapat dukungan dari masyarakat dan telah meminta orang untuk menghemat energi jika memungkinkan. "Setiap kilowatt sangat membantu," katanya. Sejauh ini belum terjadi kekurangan gas dan Jerman ditekankan memiliki cadangan besar. Tetapi selama setahun terakhir Rusia telah gagal menjaga tangki cadangan gas Jerman terisi penuh, beberapa percaya ini menunjukkan rencana Kremlin untuk menggunakan gas sebagai senjata melawan Eropa. Prancis mendapat sekitar 20 peren gasnya dari Rusia dan kepala badan pengatur CRE negara itu mengatakan, tidak menghentikan adanya krisis pasokan. Bulgaria mendapat 90 persen gasnya melalui impor dari perusahaan Rusia Gazprom. Operator jaringan gas alamnya telah membuka tender untuk pengeboran sebagai bagian dari rencana menggandakan kapasitas penyimpanan gas di negara itu dan bersiap menghadapi gangguan pasokan. Polandia mendapat sekitar 50 persen gasnya per tahun dari Rusia, tetapi mereka mengatakan belum mempunyai rencana untuk membatasi penggunaan gas dari Negeri Beruang Merah. Yunani menerima sekitar 40 persen dari gasnya melalui pipa yang melewati Ukraina. Pemerintahnya akan bertemu untuk menilai keamanan pasokan jika Rusia menutup keran. Italia mendapat sekitar 40 persen dari pasokan gasnya dari Rusia dan sedang memantau situasinya. Mereka masih menunggu apakah Gazprom bakal mengirimkan amandemen kontrak kepada operator sebelum mengambil keputusan lebih lanjut. Belanda mendapat gas Rusia hingga 20 persen. Pemerintah Belanda mengatakan, bakal mengimbau masyarakatnya untuk menggunakan lebih sedikit gas tetapi belum mengaktifkan rencana krisis gas. Sementara Inggris mendapat sekitar 3 persen gas dari Rusia dan mengatakan, mereka memiliki berbagai sumber untuk memastikan pasokan tetap terjaga.[Yohana]