Ekonom: Menjaga Daya Beli Masyarakat Saat Ini Penting untuk Pemulihan Ekonomi

wisnu
wisnu
Diperbarui 4 April 2022 03:12 WIB
Jakarta, MI - Ekonom Hidaytullah Muttaqin mengatakan, penting bagi pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat guna menjaga momentum pemulihan ekonomi sesuai harapan. "Menjaga daya beli masyarakat saat ini sangat penting agar pemulihan ekonomi dapat terjadi sesuai harapan, sehingga bisnis dan industri kembali berjalan serta terjadi pembukaan lapangan kerja," kata dia kepada wartawan dalam keterangannya, Ahad (3/4). Muttaqin menyebut 53 persen lebih perekonomian nasional ditopang oleh konsumsi masyarakat, sehingga bila daya beli melambat karena faktor kenaikan harga-harga sembako dan harga BBM, maka itu menjadi pukulan bagi masyarakat. Kondisi inilah, kata dia, yang harus diwaspadai dan diantisipasi pemerintah. Untuk dapat mengembalikan konsumsi masyarakat seperti keadaan sebelum pandemi, kata dia, pertumbuhannya mesti diangkat dari 2 persen pada tahun 2021 ke atas 5 persen. Untuk itu, ujar dia, sangat penting bagi pemerintah menjaga stabilitas harga komoditi bahan pokok dan BBM pada tingkat yang terjangkau, mengatur tata niaga pasar yang bermasalah seperti struktur pasar minyak goreng yang dikuasai kartel, serta menjaga kelancaran distribusinya dari persoalan teknis hingga masalah penimbunan. Muttaqin memaparkan langkah penting lainnya yang perlu dilakukan pemerintah menyiapkan program bantuan langsung tunai (BLT) untuk rumah tangga dan usaha mikro dan kecil (UMK) sebagaimana pada masa pandemi. Program tersebut perlu dipersiapkan mengingat situasi global dalam ketidakpastian, melambungnya harga minyak dan gas, serta turunnya pasokan gandum sehingga dunia terancam inflasi. Hal ini dapat menempatkan perekonomian global tahun 2022 lebih buruk dari kondisi 2021. "Adapun untuk komoditas yang harganya dikontrol oleh pemerintah melalui Pertamina, kita berharap pemerintah jangan menaikkan harga BBM jika negara masih mampu menanggung biaya subsidi," kata ekonom jebolan Universitas Birmingham Inggris itu. Kini kemampuan pengelola negara diuji, apakah mengambil langkah mudah dengan begitu saja menaikkan harga BBM mengikuti perkembangan harga pasar dunia dengan konsekuensi ancaman inflasi, turunnya daya beli masyarakat, bertambahnya penduduk miskin dan naiknya biaya produksi. Ataukah mengambil pilihan menjaga tingkat harga BBM agar inflasi terkendali dan daya beli masyarakat terjaga, serta pemulihan ekonomi masih dapat berjalan, namun konsekuensinya defisit APBN akan semakin besar.
Berita Terkait