Taliban Selidiki Klaim Amerika Bunuh Pemimpin Al Qaida

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 4 Agustus 2022 15:23 WIB
Islamabad, MI - Taliban mengatakan sedang menyelidiki klaim Amerika Serikat (AS) bahwa pemimpin Al Qaida Ayman al-Zawahiri telah tewas dalam serangan dronenya di Kabul. Pejabat Taliban pada Kamis (4/8), mengindikasikan bahwa pimpinan kelompok itu tidak mengetahui keberadaan Zawahiri di kota tersebut. Sebelumnya, beberapa pejabat mengatakan bahwa AS telah membunuh Zawahiri dengan rudal yang ditembakkan dari sebuah drone saat Zawahiri berdiri di atas balkon di rumah persembunyiannya di Kabul pada Minggu (31/7). Pembunuhan itu menjadi pukulan terbesar bagi kelompok militan tersebut sejak Osama bin Laden ditembak mati lebih dari satu dekade lalu. "Pemerintah dan kepemimpinan tidak mengetahui apa yang diklaim, atau jejak apa pun di sana," kata Suhail Shaheen, perwakilan yang ditunjuk untuk PBB dan berbasis di Doha, kepada wartawan dalam sebuah pesan. "Saat ini penyelidikan sedang berlangsung untuk mengetahui kebenaran klaim tersebut," katanya, seraya menambahkan bahwa hasil penyelidikan akan dipublikasikan. Para pemimpin Taliban masih bungkam tentang serangan drone pada Minggu dan belum mengonfirmasi keberadaan atau kematian Zawahiri di Kabul. Para pemimpin tertinggi Taliban telah mengadakan diskusi panjang tentang bagaimana merespons serangan drone AS, kata tiga sumber dalam kelompok itu. Cara Taliban bereaksi terhadap kasus tersebut dapat memiliki dampak signifikan di saat kelompok tersebut berusaha memperoleh legitimasi internasional dan akses untuk mendapatkan dana miliaran dolar yang dibekukan setelah kelompok itu menggulingkan pemerintahan yang didukung AS satu tahun lalu. Zawahiri, seorang dokter asal Mesir, terlibat dalam serangan pada 11 September 2001 di AS dan merupakan salah satu orang paling dicari di dunia. Kematiannya di Kabul menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan dia menerima perlindungan dari Taliban, yang telah meyakinkan AS sebagai bagian dari kesepakatan penarikan pasukan yang dipimpin AS pada 2020 bahwa mereka tidak akan melindungi kelompok militan lainnya. Shaheen mengatakan bahwa Imarah Islam Afghanistan -nama yang digunakan Taliban untuk negara itu dan pemerintahan mereka- berkomitmen terhadap kesepakatan itu, yang ditandatangani di Ibu Kota Qatar, Doha. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Taliban melakukan "pelanggaran berat" terhadap kesepakatan dengan menampung dan melindungi Zawahiri.   Sumber: Reuters - Antara