Menteri Bahlil yang Gembar-gembor Xinyi Group Kena Skak Mat dari Pengusaha

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 24 September 2023 18:21 WIB
Jakarta, MI - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia yang gembar-gembor soal Xinyi Group kena skak mat dari seorang pengusaha sekaligus YouTuber, Bossman Mardigu. Bahlil Lahadalia sebelumnya mengatakan Indonesia bakal merugi jika perusahaan China Xinyi Group batal investasi di Pulau Rempang, Batam. Potensi ketekorannya tembus Rp 300 triliun lebih. Kerugian itu mencakup pendapatan pemerintah maupun perekonomian masyarakat. Industri kaca China yang dikabarkan membawa fulus besar ke Pulau Rempang. Seperti dikutip dari videonya, Bossman Mardigu atau Mardigu Wowiek Prasantyo itu memulai dengan informasi bahwa Xinyi Glass, anak usaha Group akan membangun pabrik kaca terbesar kedua di dunia di Rempang Eco City. Nilai investasinya US$11,5 miliar atau hampir 170 triliun. "Oke sebentar-sebentar, bukankah PT Xinyi Glass Indonesia sudah membangun membangun pabrik kaca senilai 700 juta dolar AS tahun lalu, di Gresik Industrial Park. Yang progressnya juga belum ada kejelasan. Atau malah akan pindah ke Rempang," kata Mardigu dikutip pada Minggu (24/9). Mardigu membeberkan sembilan industri kaca atau glass terbesar di dunia. Juaranya adalah Beijing Glass Group dengan nilai penjualan per tahun mencapai US$80 miliar. Dulu namanya Peking Glass yang berdiri sejak 1940. "Nomor dua Saint Gobain, penjualan 56 miliar dolar AS. Berdiri sejak 1665 berkantor pusat di Paris, Prancis. Nomor tiga, Pittsburg Plate Glass Industries, penjualan 17,7 miliar dolar AS per tahun. Berdiri sejak 1883 di Pennsylvania, Amerika Serikat," paparnya. Ke-empat, lanjutnya, AGC yang bermarkas di Tokyo dengan nilai penjualan US$15,3 miliar, didirikan pada 1907. Kelima, Corning dengan nilai penjualan US$14,2 miliar. Berdiri sejak 1851 di Corning, New York, AS. Posisi keenam ada Nippon Sheet Glass Co dengan penjualan 5,2 miliar dolar AS, pusatnya di Tokyo, Jepang dan didirikan sejak 1918. Ketujuh Vitro, kedelapan Pilkington, kesembilan Cornwall Glass. "Dapat dipastikan tidak yang namanya Xinyi Glass. Yang mana di Pulau Rempang katanya Xinyi akan membangun industri kaca nomor dua terbesar di dunia. Mungkin mendekati Beijing Glass. Mungkin angkanya mendekati 50-70 miliar dolar. Atau Rp750 triliun sampai Rp1.000 triliun nilai penjualan per tahunnya. Wuih sangar ya," tandas Mardigu. Karena angkanya besar, makanya pemerintah saat ini, bernafsu untuk mengusir para penghuni atau pemilik lahan di Pulau Rempang. Termasuk warga asli Melayu di sana. "Cuan besar, bok. Rakyat Melayu di sana, 'piting' saja," tukasnya. Rencana investasi Xinyi Group ini sebelumnya diungkapkan Bahlil Lahadalia. Bahkan Bahlil pun telah mengunjungi kantor perusahaan ini di Wuhu, Cina. Namun di tengah rencana tersebut, Rempang justru memanas. Hal itu dipicu konflik agraria yang mewarnai pembebasan lahan untuk Proyek Strategis Nasional bertajuk Rempang Eco City ini. Warga setempat tak mau digusur dari tempat tinggal mereka. Bahkan pada 7 September 2023, terjadi bentrok antara warga dan aparat gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, dan Badan Pengusaha atau BP Batam. Kisruh itu dipicu aparat yang memaksa masuk ke kampung adat Rempang untuk pemasangan patok proyek. Kendati pecah konflik, Bahlil menilai rencana investasi di Rempang harus tetap berjalan demi kepentingan rakyat. Menurutnya, investasi ini diperlukan untuk menggerakkan roda ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Bahlil mengatakan penanaman modal asing global terbesar saat ini ada di negara tetangga. Untuk itu Indonesia sedang bersaing menarik investor asing masuk ke dalam negeri. “Ini kami ingin merebut investasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Kalau kita menunggunya terlalu lama, emang dia (Xinyi Group) mau tunggu kita. Kita butuh mereka tapi juga kita harus hargai yang di dalam,” kata Bahlil. Xinyi Group Akan Investasi Rp174 triliun sampai dengan 2080? Bahlil menyebut, inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Untuk tahap awal, kawasan ini sudah diminati oleh perusahaan kaca terbesar di dunia asal China, Xinyi Group, yang berencana akan berinvestasi senilai US$11,5 miliar atau setara Rp174 triliun sampai dengan 2080. “Total area itu kan 17.000 (hektare) tapi dari 17.000 (hektare) lebih itu kan ada sekitar 10.000 hektare itu kawasan hutan lindung yang nggak bisa kita apa-apain. Jadi areanya itu kurang lebih sekitar 7.000 (hektare) yang bisa dikelola. Untuk kawasan industrinya, tahap pertama itu kita kurang lebih sekitar 2.000-2.500 hektare,” ungkap Bahlil. Terkait dengan penyiapan lahan pemindahan pemukiman warga, Bahlil menyatakan bahwa pemerintah akan menyiapkan hunian baru untuk 700 KK yang terdampak pengembangan investasi di tahap pertama. Rumah tersebut akan dibangun dalam rentang waktu 6 sampai 7 bulan. Sementara menunggu waktu konstruksi, warga akan diberikan fasilitas berupa uang dan tempat tinggal sementara. “Pertama, pemerintah telah menyiapkan tanah seluas 500 m2 per KK. Yang kedua adalah rumah dengan tipe 45 yang nilainya kurang lebih sekitar Rp120 juta. Dan yang ketiga adalah uang tunggu transisi sampai dengan rumahnya jadi, per orang sebesar Rp1,2 juta dan biaya sewa rumah Rp1,2 juta. Termasuk juga dengan tanam tumbuh, keramba ikan, dan sampan di laut. Semua ini akan dihargai secara proporsional sesuai dengan mekanisme dan dasar perhitungannya. Jadi yakinlah bahwa kita pemerintah juga punya hati,” bebernya. Dalam kesempatan yang sama, Menteri ATR/Kepala BPN Hadi Tjahjanto mengatakan akan langsung diberikan sertifikat hak milik (SHM) untuk tempat tinggal warga yang mengalami pergeseran dari 16 titik Kampung Tua Pulau Rempang. “ATR/BPN ingin langsung menyerahkan sertifikat. Jadi ketika sudah ditentukan di 16 titik, kita ingin menyerahkan sertifikat, sambil melakukan proses pembangunan dan diawasi oleh pemilik. Kami juga sudah sampaikan bahwa sertifikat itu agar disamakan dengan sertifikat 37 kampung tua yang sudah diserahkan, itu adalah dengan status SHM yang tidak boleh dijual, harus dimiliki oleh masyarakat yang terdampak tersebut,” pungkas Hadi. Terbesar Nomor 2 di Dunia? Bahlil Lahadalia beberapa hasil konkret pertemuan Presiden Joko Widodo dengan pengusaha di China. Salah satunya komitmen investasi dari perusahaan multinasional Xinyi Group. Rencananya Xinyi Group bakal membangun pabrik kaca raksasa beserta solar panel di Kawasan Industri Pulau Rempang, Batam. "Ke depan perusahaan ini berkomitmen membangun industrinya di kawasan (Industri) Batam, Rempang, ini adalah pabrik terbesar nomor 2 di dunia setelah China, dan pabrik terbesar nomor 1 di luar China," kata Bahlil dalam siaran pers Sekretariat Presiden, Jumat (28/7). Bahlil menyebut Jokowi menyaksikan sendiri penandatanganan nota kesepahaman antara pemerintah dengan perusahaan Xinyi. Ini merupakan bagian dari hilirisasi yang dibangun pemerintah dari sektor pasir kuarsa dan bahan baku lainnya, yang ada di Indonesia. Dari catatanya Xinyi Group merupakan perusahaan terbesar dunia dalam industri kaca, dengan pangsa pasar mencapai 26%. Adapun 95% hasil produksi kaca dan solar panel 95% pabrik Xinyi bakal diekspor. Pabrik ini juga bakal menyerap 35.000 tenaga kerja. Meski belum dijelaskan kapan konstruksi dimulai, Bahlil mengungkapkan nilai investasi untuk pembangunan pabrik itu mencapai US$ 11,5 miliar atau sekitar Rp 173,6 triliun (Rp 15.096/USD). Adapun ini bukan investasi pertama yang dilakukan Xinyi. "Dan mereka sebenarnya sudah menanamkan investasi tahap pertama di kawasan JIIPE (Gresik) tahun lalu sebesar US$ 700 juta, ini pengembangan kedua. ini terjadi akibat kepercayaan penuh investor ke pemerintah Indonesia," kata Bahlil. Tidak hanya pembangunan pabrik, Bahlil juga mengungkapkan dari hasil pertemuan Jokowi dengan pengusaha China juga mendapatkan kesepakatan percepatan implementasi kawasan industri di Kalimantan Utara untuk ekosistem petrokimia sekaligus electric vehicle dengan menggunakan energi baru terbarukan. "Nah ini akan dilakukan rencana pembangunan secara komprehensif akan dilakukan bulan Desember atau Januari tahun ini atau tahun depan," kata Bahlil. (Wan)

Topik:

menteri bahlil Pulau Rempang Xinyi Group