DPR Minta Pemerintah Deteksi Dini Soal Penyebaran Virus Mpox


Jakarta, MI - Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo, meminta pemerintah untuk mendeteksi dini terkait penyebaran kasus suspect Mpox (MonkeyPox) atau cacar monyet di Indonesia yang terus meningkat.
Menurutnya pemerintah mesti meningkatkan sistem surveilans epidemiologis atau kegiatan analisis yang dilakukan secara sistematis secara terus menerus terhadap suatu penyakit agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan secara efektif.
"Deteksi dini adalah kunci dalam memitigasi penyebaran penyakit. Selain itu, optimalisasi fasilitas laboratorium untuk mendeteksi berbagai patogen dengan cepat dan akurat juga menjadi prioritas," kata Rahmad kepada wartawan, Sabtu (7/9/2024).
Selain itu, Rahmad juga meminta Pemerintah agar meningkatkan program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, dan juga menekankan soal pentingnya meningkatkan kapasitas tenaga dan fasilitas kesehatan hingga ke pelosok negeri.
"Perlu ditingkatkan juga pelatihan kepada tenaga kesehatan sehingga semua nakes sudah paham betul cara mendeteksi, menangani, dan melaporkan kasus Mpox dengan cepat dan tepat," ujarnya.
Lebih lanjut, Rahmad juga mendorong Pemerintah untuk membuat langkah khusus untuk penanganan apabila suspect atau pasien positif Mpox adalah anak-anak.
Sebab penanganan pada pasien anak berbeda dengan pasien umum dewasa, terlihat saat pandemi Covid-19 lalu. “Mpox ini sangat menular, bahkan hanya dengan sentuhan saja seperti kejadian di Afrika,” kata Rahmad.
Oleh karena itu, Rahmad menilai diperlukan penanganan khusus terhadap potensi pasien Mpox anak.
“Potensi Mpox pada anak ini bukan berarti pada semua anak. Ini secara khusus bagi anak-anak yang keluarganya terdapat suspect Mpox. Maka jika menjadi suspect Mpox, harus mengikuti anjuran isolasi mandiri supaya tidak menularkan kepada keluarga, terutama anak-anak,” urainya.
Kata Rahmad, kasus penularan Mpox pada anak-anak di Afrika menjadi pelajaran berharga buat Indonesia.
Untuk itu, DPR akan mendukung upaya Pemerintah yang saat ini masih fokus pada vaksinasi terhadap warga dengan risiko tinggi sembari mewaspadai kemungkinan penularan pada anak-anak.
“Pemerintah juga harus bisa memberi kepastian dan jaminan bahwa semua faskes dan pelayanan kesehatan sudah siap dengan pengobatan maupun antisipasi penyebaran virus ini, termasuk pada anak-anak suspect Mpox yang juga harus kita lindungi,” jelas Rahmad.
Mengenal Virus Mpox
Walaupun bukan penyakit mematikan, penyakit Mpox yang terjadi karena infeksi virus MPXV itu mudah menular. Penularan virus Mpox antar-manusia dapat terjadi melalui kontak langsung berupa berjabat tangan, bergandengan, dan termasuk kontak seksual.
Virus MPXV sendiri merupakan spesies dari genus Orthopoxvirus. Ada dua clade virus MPXV, yaitu Clade I (dengan subclade Ia dan Ib) dan Clade II (dengan subclade IIa dan IIb). Clade Ia dan Ib memiliki manifestasi klinis yang lebih berat bila dibandingkan dengan Clade II.
Varian Mpox Clade I, baik Ia maupun Ib, belum terdeteksi di Indonesia. Sejak 2022 hingga saat ini, varian yang ditemukan di Indonesia adalah varian Clade II. Sebanyak 88 kasus Mpox yang ditemukan di Indonesia juga telah dinyatakan sembuh.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) mengungkap, sedikitnya 8.772 anak tertular Mpox di Republik Demokratik Kongo (DRC), pusat terjadinya wabah Mpox di Afrika. Jumlah itu lebih dari setengah total kasus yang dilaporkan di DRC. Selain itu, 80 persen kematian akibat Mpox di DRC juga terjadi pada anak-anak.
Di Burundi, negara tetangga DRC, tercatat hampir 60 persen kasus Mpox terjadi pada anak dan remaja di bawah usia 20 tahun. Sebesar 21 persen dari kasus Mpox pada anak berusia di bawah 5 tahun. Kasus Mpox pada anak-anak juga dilaporkan di sejumlah negara di Afrika.
Terkait obat-obatan Mpox yang kasusnya banyak ditemukan di Afrika itu, Kemenkes sudah menyiapkan pemberian terapi simtomatis, tergantung derajat keparahan kasus.
Pasien dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan dari puskesmas setempat, sedangkan pasien dengan gejala berat harus dirawat di rumah sakit.
Mpox memiliki masa inkubasi sekitar 3 hingga 17 hari di mana gejalanya mirip seperti cacar air, namun cacar monyet memiliki bentuk luka seperti leci di mana bekas lukanya berwarna hitam dan menyebar di tubuh orang yang terpapar.
Sejumlah gejala yang dapat diperhatikan oleh masyarakat terkait Mpox ini adalah adanya ruam di tangan, kaki, dada, wajah, mulut atau di dekat alat kelamin.
Selain itu pasien Mpox biasanya mengalami demam, panas dingin, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, nyeri otot dan sakit punggung, serta sakit kepala dan gejala pernafasan (misalnya sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau batuk).
Topik:
Virus Mpox DPR Komisi IX Kemenkes