Mengapa Begitu Sulit untuk Berhenti Merokok? Berikut Ini Efek dari Nikotin

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 30 September 2022 16:50 WIB
Jakarta, MI - Merokok adalah salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat yang harus dihadapi dunia. Menurut perhitungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tembakau membunuh lebih dari delapan juta orang per tahun, lebih dari tujuh juta di antaranya adalah konsumen langsung dan sekitar 1,2 juta bukan perokok melainkan yang terpapar asap rokok, yaitu perokok pasif. Dalam segala bentuknya dan tanpa kecuali, tembakau berbahaya bagi kesehatan dan tidak ada tingkat paparan tembakau yang aman. Formula yang paling terkenal adalah rokok, tetapi ada juga produk lain seperti tembakau linting, tembakau cincang, bidis, dan kretek. Tujuannya jelas: kurangi konsumsi tembakau. Dalam hal ini, laporan WHO terbaru menunjukkan saat ini terdapat 1,3 miliar pengguna tembakau di dunia, naik dari 1,32 miliar pada tahun 2015. Jumlah ini diperkirakan akan turun menjadi 1,27 miliar pada tahun 2025. Enam puluh negara berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target global untuk mengurangi penggunaan tembakau sebesar 30% antara 2010 dan 2025, turun dari hanya 32 negara dua tahun lalu. Efek nikotin pada tubuh kita Berhenti merokok itu merupaka hal yang rumit. Banyak perokok menyatakan bahwa mereka ingin berhenti, tetapi hanya sedikit yang berhasil tanpa bantuan. Ini karena perokok tidak hanya menjadi ketergantungan fisik pada nikotin, tetapi juga memiliki ketergantungan emosional (psikologis) yang kuat. Menurut American Cancer Society, nikotin mempengaruhi perilaku, suasana hati, dan emosi perokok. Baik nikotin dan bahan kimia lainnya dalam asap tembakau mencapai darah melalui paru-paru. Dari sana, nikotin dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh. Ketika dihirup dalam jumlah kecil, nikotin menyebabkan sensasi yang menyenangkan dan mengalihkan pengguna dari sensasi yang tidak menyenangkan. Hal ini membuat pengguna tembakau ingin mengkonsumsi lebih banyak. Nikotin bekerja pada kimia otak dan sistem saraf pusat, mempengaruhi suasana hati perokok. Ia bekerja seperti obat adiktif lainnya dengan membanjiri sirkuit otak dengan zat kimia yang disebut dopamin. Nikotin juga menyebabkan adrenalin "terburu-buru" dalam jumlah yang tidak cukup untuk terlihat, tetapi cukup untuk mempercepat jantung dan meningkatkan tekanan darah. Saat tubuh menyesuaikan diri dengan nikotin, perokok cenderung meningkatkan jumlah tembakau yang mereka gunakan. Ini meningkatkan jumlah nikotin dalam darah, dan lebih banyak tembakau diperlukan untuk mendapatkan efek yang sama. Artinya, orang tersebut menjadi lebih toleran dan tergantung: mereka mengalami gejala penarikan fisik dan emosional (mental atau psikologis) ketika mereka berhenti merokok. Berhenti merokok bukanlah hal yang mudah dan tidak dilakukan pertama kali. Untuk alasan ini, direkomendasikan untuk mencari bantuan khusus. Kesehatan sangatlah berharga.

Topik:

Merokok Info Kesehatan