Anggota Komisi A DPRD DKI Dwi Rio: Sayembara Tangkap Maling Berhadiah Berpotensi Menimbulkan Konflik dan Aksi Main Hakim Sendiri

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 30 Juli 2024 2 jam yang lalu
Dwi Rio Sambodo (Foto: Dok Pribadi)
Dwi Rio Sambodo (Foto: Dok Pribadi)

Jakarta, MI - Komisi A DPRD DKI Jakarta menilai sayembara dilakukan Ketua RW 01 Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat terhadap pelaku pencurian sepeda motor menunjukkan lemahnya integrasi fungsi antara aparatur keamanan dengan aparatur Pemda beserta masyarakat di wilayah setempat.

Sayembara dari Rp 250.000 sampai Rp 1 juta itu dinilai berpotensi memicu konflik di tengah masyarakat.

Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta, Dwi Rio Sambodo, menegaskan bahwa mereka saling bersinergi untuk meningkatkan keamanan dan di permukimannya.

“Masalah ini juga berpotensi menimbulkan konflik dan aksi main hakim sendiri pada lapisan masyarakat bawah, karena sesungguhnya kita adalah negara hukum,” kata Dwi Rio dalam keterangannya, Selasa (30/7/2024).

Lemahnya peran RT dan RW juga diperparah oleh banyaknya indekos dan tempat usaha yang tidak terdata atau ilegal. Hal ini, kata dia, mempersulit identifikasi dan pendataan warga yang berpotensi meningkatkan sejumlah masalah sosial keamanan di wilayah tersebut.

“Maksimalisasi keamanan terpadu harus segera diterapkan. Baik CCTV, dan siskamling harus segera dijalankan,” katanya.

Pemprov dalam hal ini Wali Kota Administrasi Jakarta Barat, lanjut Dwi Rio, harus segera melakukan integrasi menyeluruh dengan seluruh stakeholder.

Dia harus melibatkan pihak polisi, termasuk berbagai unsur kemasyarakatan yang ada di wilayah.

“Tindakan-tindakan ofensif dalam bentuk pencegahan maupun tindakan ofensif dalam bentuk penindakan harus dievaluasi sehingga kasus-kasus seperti ini tidak berulang,” jelasnya.

Karena ada beberapa contoh bahwa kasus yang mencuat maupun laporan dari masyarakat tidak tertanggapi secara baik. 

"Begitu juga aparatur Pemda jangan hanya bertugas terpaku dalam nomenklatur yang ada belaka tapi harus ada kreasi dan inovasi-inovasi yang adaptif dengan tuntunan situasi,” tutupnya.

Sebelumnya diberitakan salah satu Ketua RW di daerah Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat menggelar sayembara untuk warga yang bisa menangkap maling motor.

Hal tersebut karena maraknya kasus kehilangan di wilayahnya.

Mulai dari kasus kehilangan kotak amal sampai motor.

Makanya Nurdin (55) selaku Ketua RW setempat menggelar sayembara untuk warga yang bisa tangkap maling di daerahnya.

Untuk para warga yang bisa tangkap maling bisa mendapatkan Rp 500 ribu jika dilakukan siang hari.

Sementara jika maling ditangkap saat malam hari, maka hadiahnya bisa dua kali lipat.

Alias warga bisa dapat Rp 1 juta cash usai tangkap maling motor.

Ide Nurdin tersebut didukung oleh Kapolsek Tambora Kompol Donny Agung Harvida.

Menurut dia, itu adalah contoh pengawasan keamanan dan ketertiban yang kolaboratif.

"Ya itu bentuk kolaborasi antara kepolisian dengan masyarakat," kata Donny.

"Tanpa partisipasi masyarakat secara langsung mungkin tidak mudah menjaga lingkungan," tambah Donny.

Donny pun mempersilakan warga untuk membuat program apa pun untuk menangkap maling.

"Asal tidak melanggar undang-undang yang ada. Tetapi setelah mereka berhasil menangkap, silahkan diserahkan ke pihak berwajib biar kami proses," tukas Donny.