Bruce Willis Didiagnosis Demensia Frontotemporal, Apa itu?

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 18 Februari 2023 09:10 WIB
Jakarta, MI - Bruce Willis didiagnosis mengalami demensia frontotemporal. Kabar tersebut disampaikan oleh putri Bruce Willis dan Demi Moore, Rumer Glen Willis melalui akun Instagram pribadinya, pada Kamis (16/2) waktu setempat. "Sejak kami mengumumkan diagnosis gangguan kerusakan otak Bruce pada musim semi 2022, kondisi Bruce telah berkembang dan kami sekarang memiliki diagnosis yang lebih spesifik: demensia frontotemporal," tulisnya. Lantas apa itu demensia frontotemporal? Dikutip dari Channelnewsasia, ada berbagai jenis demensia, dan bentuk frontotemporal memengaruhi bagian depan dan samping otak. Karena menyebabkan masalah pada perilaku dan bahasa, afasia bisa menjadi gejalanya. Ini disebabkan oleh kerusakan neuron, pembawa informasi otak, tetapi alasan yang mendasari kasus tertentu seringkali tidak jelas. Orang dengan riwayat keluarga dengan kondisi ini lebih mungkin mengembangkannya. Ini jarang terjadi dan cenderung terjadi pada usia yang lebih muda daripada bentuk demensia lainnya, antara usia 45 dan 65 tahun. Istilah gangguan frontotemporal dan demensia frontotemporal terkadang disingkat menjadi FTD. Apa gejala FTD lainnya? Gejalanya bisa berupa masalah emosional dan kesulitan fisik, seperti kesulitan berjalan. Gejala cenderung memburuk dari waktu ke waktu, meskipun perkembangannya bervariasi menurut orang. Pernyataan dari keluarga aktor mengatakan masalah komunikasi "hanyalah salah satu gejala dari penyakit yang dihadapi Bruce." Bisakah FTD diobati? Tidak ada pengobatan untuk memperlambat atau menghentikan penyakit ini, tetapi beberapa intervensi dapat membantu mengelola gejala. Beberapa pasien menerima antidepresan atau obat untuk Parkinson, yang memiliki beberapa gejala yang tumpang tindih dengan demensia frontotemporal. Banyak juga yang bekerja dengan terapis wicara untuk mengelola kesulitan komunikasi dan terapis fisik untuk mencoba meningkatkan gerakan. Orang dengan kondisi tersebut lebih cenderung mengalami komplikasi dari hal-hal seperti jatuh, cedera, atau infeksi. Harapan hidup rata-rata setelah gejala muncul adalah tujuh hingga 13 tahun, menurut para peneliti.
Berita Terkait