Kegagalan Anies di Jakarta Jangan Ditimpakan ke Pusat

Adrian Calvin
Adrian Calvin
Diperbarui 7 Juli 2021 13:09 WIB
Monitorindonesia.com - Pernyataan Pandu Riono bahwa pemerintah pusat menolak usul DKI soal pengetatan sejak Mei harus diluruskan. Pernyataan ini bisa menyesatkan atau misleading karena tidak disertai data, disamping itu hanya interpretasi sepihak partisan. "Karena yang terjadi, sejak awal pandemic ini belum reda, tetapi sudah dinyatakan kemenangan sudah di depan mata oleh Gubernur (Anies Baswedan,Red). Lalu kerumunan di Pasar Tanah Abang sekitar seminggu menjelang lebaran yang tidak dibubarkan, demikian juga kegagalan antisipasi kerumunan di Ancol dan Ragunan saat lebaran turut berkontribusi," tegas Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak, Rabu (8/7/2021). Gilbert menjelaskan, saat kasus tetap tinggi dan perlahan merambat naik setelah lebaran. Saat kasus merambat naik, Bung Anies malah sibuk berkunjung ke Jawa Tengah dan Jawa Barat, panen dan nyekar untuk sesuatu yang tidak mendesak atau urgen. Bahkan, lanjut Gilbert, saat kasus makin naik, Bung Anies malah sibuk dengan urusan jalur sepeda, tugu sepeda dan sebagai food vlogger. Semua kegiatan ini tidak berhubungan dengan penanganan Covid di DKI dan bukan sesuatu yang prioritas. Gilbert memandang bahwa kegagalan antisipasi Pemprov DKI terlihat, karena tidak belajar dari kasus flu Spanyol 1912 dengan beberapa puncak serangan wabah dan berlangsung bertahun-tahun dan juga kasus gelombang kedua di India. Seharusnya penghasilan dalam bentuk APBD dan pendapatan lainnya seperti CSR harus dialokasikan ke sector yang prioritas. Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, flu Spanyol yang bertahun-tahun harus jadi pertimbangan, dan gelombang kedua di India yang lebih ganas juga. Pendapatan asli daerah yang sulit diperoleh, harusnya menimbulkan alarm bahwa akan ada kesulitan dana, seperti sudah dilontarkan Kepala BUKD bahwa dana BTT DKI sudah darurat. "Alih-alih memikirkan pandemic covid yang mulai menaik lagi dalam suasana PAD yang sulit, Pemprov DKI malah menggunakan dana CSR untuk jalur sepeda permanen," bebernya. Gubernur Anies malah mengalokasikan anggaran untuk sepeda dan tidak mengerti skala prioritas dan kesulitan masyarakat. Seandainya dana CSR tersebut digunakan untuk UMKM masih lebih produktif daripada sekedar mengurus hobi. Periode Januari 2020 saat awal pandemic, Anies juga menyatakan hal yang sama ke media Australia, tanpa bukti. Karena pada saat itu, sedang puncak banjir dan mulai pandemic dengan 2 kasus. Menurutnya, hal yang tidak masuk akal, Anies sudah memikirkan karantina DKI saat saat banjir sedang memuncak. Hal yang sama saat ini, sibuk memikirkan jalur sepeda, kasus Sarana Jaya, tugu sepeda, panen di Jawa Tengah dan Jawa Barat, tidur beberapa malam sambil nyekar di luar kota, sebagai food vlogger, tiba-tiba malah mengatakan sudah menganjurkan PSBB lagi. "Sebaiknya hal ini harus diluruskan karena bisa menimbulkan kesalahan persepsi di masyarakat," tandas Gilbert.[Lin]

Topik:

Anies Gagal Pimpin Jakarta