Jokowi Jelaskan Tragedi Kanjuruhan, Malang ke Presiden FIFA

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 5 Oktober 2022 15:37 WIB
Jakarta, MI - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku telah berkomunikasi dengan Presiden FIFA, Giovanni Vincenzo Infantino, membahas soal tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022). Jokowi menyatakan, menelpon langsung Presiden FIFA itu pada Senin (3/10) malam. "Saya berbicara langsung dengan Presiden FIFA Presiden Infantino, berbicara banyak mengenai tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang," kata Jokowi kepada wartawan usai upacara HUT TNI di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/10). Jokowi mengatakan, selain soal duka tragedi Kanjuruhan, ia membahas tentang Piala Dunia U-20 yang akan digelar di Indonesia awal tahun depan. Presiden sampaikan pada Presiden FIFA asal negara Italia itu, akan menyerahkan sepenuhnya kepada organisasi sepakbola dunia itu terkait keputusan terkait tragedi Kanjuruhan. "Dan juga berbicara mengenai FIFA U-20 berbicara banyak, tetapi keputusan apa pun kewenangan di FIFA," ucap Jokowi. Indonesia memang terancam sanksi FIFA setelah tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang. Sanksi FIFA tersebut bisa berupa denda atau pencabutan hak tuan rumah Indonesia pada Piala Dunia U-20. FIFA berpotensi menganggap Indonesia tidak siap menyelenggarakan event sepak bola. Sebab pada tragedi Kanjuruhan ada beberapa regulasi FIFA yang dilanggar, salah satunya Disciplinary Code Pasal 19 soal pelarangan gas air mata di stadion. Sementara itu, Anggota Exco PSSI, Ahmad Riyadh mengungkapkan, perwakilan FIFA dan AFC (Asia) akan segera datang ke Indonesia membahas tragedi Kanjuruhan. Ia menyebut sudah menyiapkan dokumen dan temuan hasil investigasi internal PSSI soal pertandingan. Riyadh menambahkan, PSSI juga akan menerangkan bahwa penanganan massa dengan gas air mata, bukan termasuk intervensi pemerintah. Jika dua organisasi sepakbola itu anggap pemerintah melakukan intervensi, keanggotaan Indonesia terancam kembali dibekukkan selama dua tahun. "Nanti ada kunjungan dari FIFA dan AFC sudah komunikasi dengan kita. Kita akan jelaskan ini bukan intervensi pemerintah, hanya oknum saja yang salah, sehingga dengan cepat responsif, cepat mengambil tindakan," papar Riyadh. Selain tim dari PSSI, pemerintah telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk investigasi terkait tragedi Kanjuruhan. Tim bentukan pemerintah berisikan akademisi, advokat, jurnalis, pengamat olahraga dan mantan atlet sepak bola. Diketahui, Jokowi pada Rabu dijadwalkan bertolak ke Malang, Jawa Timur, untuk meninjau langsung penanganan korban Tragedi Kanjuruhan. Dia telah memerintahkan Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menginvestigasi dan mengusut tuntas kericuhan setelah pertandingan Liga 1 antara Arema FC dan Persebaya itu. Presiden memerintahkan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan, dan Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo untuk mengevaluasi secara menyeluruh pelaksanaan pertandingan sepak bola serta prosedur pengamanan pertandingan tersebut. Untuk kelancaran evaluasi dan investigasi dari kepolisian, Jokowi memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1 sampai evaluasi selesai dan dilakukan perbaikan terhadap prosedur pengamanan. "Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini dan saya berharap ini adalah tragedi terakhir sepak bola di Tanah Air. Jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yang akan datang," kata Presiden Jokowi, Minggu (2/10). Hingga Rabu ini, menurut data Polri, jumlah korban meninggal Tragedi Kanjuruhan sebanyak 131 orang. Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, bermula saat ribuan pendukung Arema FC masuk ke area lapangan setelah klub kebanggaan mereka kalah dari Persebaya dengan skor 2-3. Pendukung Arema FC merasa kecewa sehingga beberapa suporter turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial. Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain. Dalam proses itu, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata. Menurut Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta, penembakan gas air mata tersebut dilakukan karena para pendukung tim berjuluk "Singo Edan" yang tidak puas dan turun ke lapangan telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.