4 Jenderal TNI Asal Medan Pahlawan Nasional

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 14 Agustus 2023 00:46 WIB
Jakarta, MI - Kemerdekaan Indonesia terlahir dari perjuangan para pahlawan yang panjang. Para pahlawan itu berasal dari berbagai daerah, salah satunya dari Sumatera Utara (Sumut). Provinsi Sumut dengan Ibukota Medan diketahui banyak melahirkan jenderal-jenderal yang berkiprah di TNI. Bahkan ada yang disematkan gelar Jenderal Besar TNI. Setidaknya ada empat jenderal TNI dari Sumut yang sudah ditetapkan pemerintah sebagai pahlawan nasional yaitu: 1. Jenderal Besar Abdul Haris Nasution (AH Nasution) adalah Pahlawan Nasional asal Sumatera Utara. AH Nasution lahir di Kotanopan, Mandailing Natal, 3 Desember 1918 dan meninggal di Jakarta, 6 September 2000. Jenderal Besar AH Nasution adalah salah satu tokoh dalam militer Indonesia. Dia ahli dalam Perang Gerilya dan pernah menyandang sejumlah jabatan penting seperti Panglima ABRI hingga Menteri Pertahanan dan Keamanan. Nasution bertugas di militer selama Revolusi Nasional Indonesia dan ia tetap di militer selama gejolak berikutnya dari demokrasi Parlementer dan Demokrasi Terpimpin. Setelah jatuhnya Presiden Soekarno dari kekuasaan, ia menjadi Ketua MPRS di bawah presiden Soeharto. Nasution belajar mengajar dan mendaftar di akademi militer di Bandung. Dia menjadi anggota Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL), tetapi setelah invasi Jepang, ia bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA). Setelah proklamasi kemerdekaan, ia mendaftar di angkatan bersenjata Indonesia yang masih muda, dan bertempur selama Revolusi Nasional Indonesia. Pada tahun 1946, ia diangkat menjadi komandan Divisi Siliwangi, unit gerilya yang beroperasi di Jawa Barat. Jenderal AH Nasution juga menjadi salah satu target pembunuhan dalam Gerakan 30 September. Pada malam itu, dia berhasil melarikan diri. Namun nahas, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu Pierre Tendean justru menjadi korban. Gelar Pahlawan Nasional ditetapkan pada 6 November 2002. 2. Mayor Jenderal (Mayjen) DI Pandjaitan lahir di Balige, Tapanuli, 19 Juni 1925. Dia termasuk salah satu korban pembunuhan Dewan Jenderal pada Gerakan 30 September. Pendidikan formal diawali dari Sekolah Dasar, kemudian masuk Sekolah Menengah Pertama, dan terakhir di Sekolah Menengah Atas. Ketika ia tamat Sekolah Menengah Atas, Indonesia sedang dalam pendudukan Jepang. Sehingga ketika masuk menjadi anggota militer dan harus mengikuti latihan Gyugun. Selesai latihan, ia ditugaskan sebagai anggota Gyugun di Pekanbaru, Riau hingga Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Pada tahun 1962, perwira militer yang pernah menimba ilmu pada Associated Command and General Staff College, Amerika Serikat ini ditunjuk menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Ketika menjabat Asisten IV Men/Pangad, ia membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk Partai Komunis Indonesia (PKI). Jabatan terakhir di militer sebagai Asisten IV Menpangad yang saat itu Menpangad dijabat Jenderal Ahmad Yani. Jabatan inilah terakhir yang diembannya saat peristiwa Gerakan 30 September terjadi. DI Pandjaitan termasuk Pahlawan Revolusi. Dia gugur di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Dia ditetapkan sebagai Pahlawan pada 5 Oktober 1965. 3. Letjen Tahi Bonar Simatupang merintis karir militer pada tahu 1942 saat diterima sebagai anggota KNIL di Bandung. Ia lahir di Sidikalang pada 28 Januari 1920. Sejumlah jabatan penting di dunia militer Indonesia pernah disandangnya. Di antaranya adalah Wakil Kepala Staf Angkatan Perang (1948-1946), Kepala Staf Angkatan Perang (1950-1954), dan Penasihat Militer di Departemen Pertahanan (1954-1955). Ketika Jenderal Sudirman wafat pada 1950, TB Simatupang diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KSAP) dengan pangkat Mayor Jenderal hingga 1953. Jabatan KSAP secara hirarki organisasi kala itu berada di atas Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, dan Kepala Staf Angkatan Udara. TB Simatupang dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal wafat di Jakarta pada 1 Januari 1990 di usia 69 tahun. Dia resmi dipensiunkan dari dinas militer pada tanggal 21 Juli 1959 dalam usia 39 tahun dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal (Letjen). Dia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 2013. 4. Letjen Djamin Ginting, lahir di Karo pada 12 Januari 1921. Dia dikenal sebagai tokoh dari Sumatera Utara, dan pejuang kemerdekaan melawan penjajahan Belanda. Selain itu, Djamin Ginting juga seorang petinggi TNI yang berhasil menumpas pemberontakan Nainggolan di Medan pada April 1958. Djamin Ginting meninggal dunia di Ottawa, Kanada pada 23 Oktober 1974, dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 2014.