Gunakan Vaksin Efikasi Tinggi untuk Masyarakat, Nakes dan Satgas Covid

No Name

No Name

Diperbarui 13 Juli 2021 00:55 WIB
Oleh: DR. Dr. Gilbert Simanjuntak, Sp.M(K) FPDI Perjuangan DPRD DKI Komisi B/ Epidemiolog/Mantan Wakil Ketua Regional South East Asia Regional Office International Agency for Prevention of Blindness WHO/Mantan Wakil Rektor Akademik UKI   Efikasi obat di lapangan dihitung dengan berapa banyak yang sembuh, sedangkan efikasi vaksin dihitung dengan berapa yang bisa dicegah tidak tertular. Khusus buat vaksin Covid-19, selama ini tidak terlalu berhitung berapa yang tertular saja tetapi berapa yang tertular dan jadi fatal. Efikasi yang rendah akan membuat yang tertular lebih banyak, dan konsekuensinya lebih banyak yang fatal. Perhitungan herd immunity 70% adalah untuk vaksin dengan efikasi 90% atau lebih, jadi cukup 70% penduduk yang diberi vaksin. Vaksin dengan efikasi 6% dari data berbagai negara yaitu Brazil, Turki dan Indonesia membutuhkan 100% penduduk divaksinasi, agar tercapai herd immunity 70%. Ini tentu membutuhkan biaya yang sangat besar kalau 100% penduduk divaksin dengan efikasi 51% sesuai efikasi menurut WHO. Karena ada vaksin yang lebih murah, dengan efikasi di atas 90%, dimana cukup 70% penduduk yang divaksin. Berdasarkan data dalam negeri, hitungan kasar berdasarkan publikasi data yang ada di media, sekitar 10-12% yang divaksin terinfeksi dan menjadi berat dan ada yang fatal. Resiko ini paling besar dihadapi Nakes dan Satgas Covid di lapangan. Sementara data New England Journal of Medicine, hanya 1% penerima vaksin di AS yang terinfeksi dan fatal. Kondisi awal pandemic dengan kelangkaan vaksin, tentu sulit mencari vaksin dengan efikasi di atas 90%, disamping pertimbangan lain yang kita tidak ketahui dan mungkin tidak ilmiah, tapi terkesan politis mungkin juga bisnis. Sesungguhnya masalah pandemi adalah masalah teknis medis dan kesehatan, tetapi dicampur oleh pihak tertentu menjadi masalah politik dan bisnis. Pada saat awal kita berhasil memperoleh vaksin dengan efikasi lebih rendah dengan jumlah terbatas, selang 1-2 minggu kemudian India berhasil memperoleh 300 juta vaksin yang lebih tinggi efikasinya. Saat ini kita harus mampu keluar dari jebakan tersebut untuk mampu mengatasi pandemic ini. Melihat masih banyak yang belum divaksin, sebaiknya diusahakan vaksin yang memiliki efikasi di atas 90% dan harga lebih murah. Ini akan lebih melindungi seluruh penduduk, khususnya yang berisiko lebih tinggi seperti Nakes dan Satgas. Disamping itu beban APBN juga berkurang karena tidak harus 100% penduduk divaksin yang lebih mahal, karena efikasi jauh lebih rendah. Keputusan menggunakan vaksin yang lebih baik untuk booster ketiga pada nakes adalah tepat, walau terlambat dengan berbagai alasan yang disebut di atas. Pandemi ini belum diketahui ujungnya, belajar dari flu Spanyol yang bertahun-tahun, dengan beberapa puncak serangan maka harus waspada. Kalau ada negara yang memulai kehidupan tanpa masker, sebaiknya didata mereka menggunakan vaksin apa. Hanya dengan vaksinasi yang baik, kemungkinan lebih besar ekonomi kita bisa bangkit.***  

Topik:

Gilbert Simanjuntak Vaksin Efikasi Tinggi