Kartunis Non-o, Semangat Berkarya yang Tak Pernah Padam

No Name

No Name

Diperbarui 6 Agustus 2021 01:09 WIB
Oleh : Gatot Eko Cahyono   Kartunis Sudi Purwono yang akrab dipanggil Non-o lahir di kota Gudeg, pria yang selalu tampil kalem dan terlihat muda ini, sudah sangat lama menekuni bidang gambar menggambar membuat kartun bahkan ilustrasi di media cetak mau pun online. Dimulai dari zaman jaya-jayanya media cetak di era tahun 80 an, karya Non-o sudah meramaikan di banyak majalah di Jakarta. Alumni STSRI ASRI Yogya jurusan reklame saat itu (sekarang Disain Komunikasi Visual, FSR ISI Yogyakarta) ini, dikenal sebagai kartunis lepas (freelance) yang sangat produktif. Dunia kartun dan animasi digeluti sejak bergabung dengan PT Anima Indah, perusahaan animasi yang pertama kali di Indonesia. Banyak karyanya pernah diterbitkan di berbagai group media diantaranya: Tempo group, Selecta Group, Kartini group, Kompas Gramedia group, koran Sinar Harapan dan berlanjut koran Suara Pembaruan. Non-o pernah mewakili sebagai kartunis Indonesia dalam ajang 5 th Asean Cartoonist Exhibition bersama kartunis Asia lainnya. Iven ini bekerja sama antara PAKARTI (Persatuan Kartunis Indonesia) dengan Pusat Kebudayaan Jepang di Jakarta. Sering menang penghargaan karikatur MH Thamrin dari PWI Jakarta secara berturut -turut (1992, 1994, 1995, 2002, 2004). Hingga kini Non-o masih tetap aktif di organisasi PAKARTI. Sebagai kartunis lepas, Non-o sangat gigih dan rajin ke sana kemari ke kantor media cetak saat itu, untuk membuat ataupun menyerahkan karyanya, agar di muat dan mendapat honorarium. Tahun 1980 era jaya-jayanya media cetak di Indonesia, dan saat itu kadang di media kekurangan tenaga artistik, terutama yang membuat karya kartun mau pun ilustrasi. Dari kegigihannya dan semangat yang selalu menyala tak pernah padam itu, sampai dia mengaku bahwa: Dari honorarium karya yang dimuat, bisa sebagian ditabung untuk membeli sebuah mobil VW kodok, walau seken. Mobil itu sangat membantu Non-o untuk mobilitas aktivasi ke kantor-kantor media, karena saat itu karya harus disetor aslinya/Fotocopyannya, belum ada internet. Kadang kalau sungguh terpaksa, karya bisa dikirim via fax. Menurut Non-o, membuat karya kartun sudah menjadi sebuah profesi yang ia yakini hingga sekarang. Bahkan tidak hanya membuat kartun/editorial cartoon saja, tetapi juga ilustrasi. Salah satu contohnya adalah ilustrasi rubrik psykologi Leila Ch Budiman di koran KOMPAS Minggu, atau ilustrasi cerbung si "Cemplon" karya Umar Nurzain, karya cerbung yang kemudian dibuat sinetron/ film layar kaca yang diputar di RCTI. Dengan membuat kartun, Non-o merasa bisa berbagi pesan, kritik dan humor kepada orang lain, syukur -syukur bisa menghibur dan menginspirasi. Menurut Non-o, dengan humor adalah sarana paling baik untuk memelihara pikiran dan tetap waras. Humor diperlukan sebagai katup pelepas stres dari tekanan-tekanan masalah sehari-hari sehingga beban hidup yang tak tertanggungkan menjadi tertanggungkan. Dengan humor bisa memupuk dan mengembangkan energi positif. Dalam kartun, seni dan humor adalah dua hal yang dekat dengan kegembiraan. Garis-Garis Indah Pembawa Pesan Melihat karya kartun Non-o kita digiring untuk menikmati alunan garis-garis lembut yang digulirkan oleh rasa estetika yang sangat tinggi dan terlatih. Lembut mengalir melahirkan bentuk-bentuk sosok yang dideformasi secara apik dan terkontrol dengan baik. Garis Non-o lahir dari olah rasa yang penuh dengan keindahan. Garis yang membawa pesan kritik yang dibalut dengan pesan humor/kelucuan, kadang diberi warna secara digital (khususnya yang karya-karya baru sekarang). Kalau pun ada yang berpendapat style gambar kartun Non-o terimbas style gambar kartunnya GM.Sudarta dan Pramono, katakanlah setengah nge-GM dan setengahnya nge-Pramono, itu tidak menjadi masalah. Sangat wajar dalam berkesenian itu saling pengaruh mempengaruhi. Sesuatu yang sah-sah saja. Bahkan lukisan kubisme karya George braque dan karya kubisme Picasso hampirlah sangat mirip banget. Namun Non-o ya tetap Non-o, karyanya sudah mempunyai branding dan style personal yang sangat khas , meskipun Non-o tidak ragu untuk mengakui bahwa: sosok GM Sudarta dan Pramono, adalah merupakan guru-gurunya dalam ilmu seni kartun. Dalam karya kartun opini, pesan kritik dan humornya selalu berimbang. Non-o cukup "titis" dalam membidik dan memvusualkan tema-tema apapun. Salah satu contoh: isu SARA yang selalu saja muncul tiap saat, bahkan digoreng, dimainkan oleh kelompok tertentu untuk membuat kisruh bangsa ini. Digambarkan kemunculan sosok ular berbisa yang besar sebagai metafora SARA, sementara yang cinta NKRI melawannya membawa senjata dan tameng bergambar sila-sila Pancasila. Sungguh suatu ungkapan metafora yang sederhana namun sangat komunikatif, sehingga pesan itu tersampaikan ke audiens dengan baik , tidak membingungkan. Non-o juga aktif membuat karya gag cartoon yang cukup menggelitik lucunya: Digambarkan seseorang sedang duduk santai menunggu terbitnya sang Surya (gambar 1), alangkah kagetnya seseorang itu hingga kemudian ngacir ketakutan lari terbirit-birit, lantaran kemunculan sang Surya itu mirip virus covid 19 (gambar 2). Kelucuan murni pada kartun ini menandakan sense of humor seorang Non-o sudah terlatih sejak dulu kekreatifannya. Karena kalau tidak terlatih dengan baik, akan sulit melahirkan karya-karya yang cerdas dan lucu. Selain itu Non-o akhir-akhir ini sangat rajin membuat ilustrasi cerita lucu seri Nasrudin Hoja dengan keledainya, yang hampir tiap hari di-posting di FB. Joke-joke Nasrudin divisualkan oleh Non-o dengan sangat pas, menggiring penonton merasa terjembatani dalam membaca cerita lucu Nasrudin Hoja. Penggambaran sosok Nasrudin yang sangat kartunal sangat dukuasainya dengan baik, karena seni kartun sudah digelutinya selama puluhan tahun secara profesional. Misalnya, salah satu karyanya: Digambarkan sosok Nasrudin Hoja yang berdiri di depan cermin, yang ternyata bayangan di cermin tidak sama persis dengan wajah aslinya, tetapi muncul bayangan di cermin wajah Nasrudin yang berubah menjadi kepala keledai. Sungguh sangat kocak. Tak hanya itu sosok Non-o juga selalu tergoda untuk membuat karya-karya dalam bentuk lain, misalnya menggambar di atas batu batu hias, atau membuat vinyet dengan gaya dan nuansa yang kebaruan.   Digambarkan sosok wanita yang selalu cantik, kemudian dihias dengan aksesori ornamen-ornamen dan diwarnai secara digital, sehingga karya vinyet ini menjadi artistik , serasi dan indah dipandang. Kepekaan sosok Non-o dalam proses kreatif mengolah membuat kartun, tajam mengamati fenomena zaman, cukup jeli dan selalu meng-update tema-tema yang baru/aktual yang sedang menjadi berita utama atau viral di media massa. Misalnya, dalam menggambarkan kemacetan dan kesemrawutan lalulintas di Jakarta, selalu jeli, menggelitik, dan menarik ungkapan visualnya. Kartunis asli Yogya yang sudah punya cucu ini tetap tampil enerjik, tidak heran kalau selalu kelihatan muda, sehat, dan bernas. Selain menjadi kartunis, ternyata Non-o ini adalah sosok seorang pendekar Aikido yang handal, sehingga olah pikir, olah rasa dan olah raga sangat terjaga perimbangannya. Sempat melatih Aikido di berbagai institusi, salah satunya menjadi pelatih di institusi Polri, Brimob, Kelapa Dua , Jakarta Timur.   Rabu, 4 Agustus 2021, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.

Topik:

Semangat Berkarya Kartunis Sudi Purwono