Jangan Sembarangan Gunakan Istilah Artificial Intelligent Kalau Tidak Paham, Daripada Memalukan

Roy Suryo, Pemerhati Multimedia dan Telematika

Roy Suryo, Pemerhati Multimedia dan Telematika

Diperbarui 23 November 2023 23:45 WIB
Roy Suryo, Pemerhati Multimedia dan Telematika (Foto: Ist)
Roy Suryo, Pemerhati Multimedia dan Telematika (Foto: Ist)

BARU-BARU ini sebuah iklan berdurasi 30 detik yang sempat tayang di Televisi swasta dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) karena disebut-sebut mengandung unsur anak-anak dalam tayangannya.

Dan ditengarai curi start, karena seharusnya kampanye baru boleh dimulai setelah 28 November 2023.

Iklan bertemakan "Semua Suka Susu dan Makan Siang Gratis" tersebut sekilas memang men-shooting anak-anak dalam tayangannya, sehingga dimaklumi kalau ada yang menganggap bahwa hal tersebut melanggar Undang-Undang yang mengatur bahwa anak-anak dilarang digunakan dalam materi iklan kampanye.

Secara objektif, iklan tersebut memang lucu, menggemaskan dan kreatif, karena dibuat menggunakan animasi untuk mem-visualisasikan tokoh-tokohnya, meski ada dua wajah yang sangat dimiripkan didalamnya.

Karena merupakan wajah dari paslon yang ikut berkontestasi dalam pilpres 2024 mendatang, bahkan di tayangan akhirnya ditampilkan nama jelas dari dua orang tersebut dan nama koalisinya, serta sosok lucu dan menggemaskan yang menjadi ikon capres dari paslon tersebut menggunakan seragam Sekolah Dasar (SD) alias merah putih.

Saya sudah bukan lagi anggota partai politik, meski dulu sempat menduduki jabatan Kepala Departemen Kominfo kemudian Anggota Dewan Kehormatan dan terakhir Wakil Ketua Umum di sebuah Partai. 

Namun di tahun 2020 lalu sudah mengundurkan diri secara gerhormat dan bersurat, bukan minggat atau dipecat dari partai tersebut.

Jadi tulisan ini murni sebagai pandangan saya selaku pemerhati telematika dan multimedia.

Kembali ke soal iklan 30 detik yang dilaporkan, meski pesimisme yang sangat kuat terhadap Bawaslu tergambar dari banyaknya komentar di akun X-space @KRMTRoySuryo1. 

Namun sayangnya, alasan yang sempat dikemukakan oleh jubir paslon tersebut dimana dia menggunakan istilah AI (Artificial Intelligence) adalah salah kaprah dan justru menggelikan untuk tidak mengatakannya memalukan.

Bagaimana tidak? seharusnya yang dimaksud teknologi yang digunakan dalam pembuatan iklan tersebut adalah animasi, bukan AI, meski sama-sama berawalan A dan berakhiran I.

Karena definisi AI (Artificial Intelligence) adalah sistem kecerdasan buatan, yang dilakukan oleh mesin atau komputer untuk bisa berpikir sendiri seperti manusia dengan algoritma tertentu. 

Misalnya adalah komputer deepblue yang pernah ditandingkan melawan pecatur dunia asal Rusia beberapa waktu silam yang bisa menggunakan otak buatan dan berpikir layaknya manusia. 

Secara teknis juga ada dua jenis AI yaitu strong dan weak AI, sesuai tingkat kerumitannya.

Jadi kalau melihat pembuatan iklan paslon tersebut jelas-jelas hanya animasi, bukan AI. Karena iklan tersebut jelas-jelas masih diprogram, digambar atau bahkan dipotret dan di-scan oleh manusia. 

Artinya karkater orang-orangnya bisa dengan cara digambar atau dari foto asli dibuat wireframe-nya, kemudian dimodeli menjadi tokoh tertentu seperti pada bagian akhir tayangan yang mengambil sosok lucu dan menggemaskan. 

Bahkan, sebelumnya ada visual dua sosok yang sangat mirip dengan orang aslinya sebagai salah satu paslon yang berkontestasi di pilpres 2024.

Jadi kesimpulannya, kalau memang belum paham istilah AI (Artificial Intelligence) tersebut, sebaiknya jangan sok paham.

Mending gunakan saja istilah yang umum, misalnya, itu hanya menggunakan komputer, bukan anak-anak langsung akan lebih bijak daripada salah istilah seperti kemarin. 

Maka komentar saya, kreatif sih, hanya kurang pas alasannya, untung menurut sebagian besar netizen hingga Bawaslu juga diragukan akan bisa menindaknya.

Penafian: Monitorindonesia.com tidak bertanggung-jawab atas kiriman artikel langsung dari pembaca dalam rubrikasi forum atau opini.