Megawati Soekarnoputri: Saya Enggak Mau Dibilang Komunis, Kalau Sukarnois, Yes!

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 10 Januari 2023 14:17 WIB
Jakarta, MI- Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bercerita terkait pengalamannya diinterogasi pihak kejaksaan pada masa Orde Baru. Di antara yang diceritakan adalah peristiwa Kudatuli. "Serangan kantor Kudatuli 27 Juli 1996. Saya yang bingungnya gini ya, waktu itu kan saya mikir lho kita ini sah lho, kok sampe diserang itu ngopo tho yo? Coba pikir Pak Jokowi. Bingung lho saya," kata di acara HUT ke-50 PDIP di JIExpo, Jakarta, Selasa (10/1/23). Kudatuli atau kerusuhan 27 Juli, merujuk pada tragedi 27 Juli 1996 saat kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri. Kala itu, kantor PDI diserbu massa pendukung Ketua Umum PDI hasil Kongres di Medan, Soerjadi, dibantu aparat dari kepolisian dan TNI. Dalam peristiwa tersebut 5 orang wafat dan seratusan luka. Saat itu, Megawati dibawa ke kantor polisi kemudian dibawa ke kejaksaan. Megawati lalu protes ke kejaksaan lantaran diinterogasi dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB. Pertanyaannya hanya diulang-ulang. "Akhirnya saya bilang 'Saya kan punya suami punya anak toh, Pak. Kalau memang mau ditangkap sini bacain BAP-nya',” urainya. Mega pun menolak bila disebut sebagai komunis karena ia tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut. "Saya bilang, saya enggak mau kalau dibilang komunis karena saya enggak pernah ikut," kata Megawati. "Lha iya dong, enak aja, tapi kalau saya dibilang Sukarnois, yes!" ujar dia. Mega mengatakan, pernyataan itu lantas membuat jaksa yang memeriksanya gugup. Bahkan menawarkan untuk mengantar Mega pulang. Kendati demikian, Mega menolak tawaran tersebut dan memilih untuk pulang sendiri ke rumahnya. "Itulah pemimpin gagah berani, benar apa enggak? Iyalah, kalau melempem kayak gini, ya enggaklah, emoh aku," kata dia.

Topik:

Megawati