Presiden Rusia Vladimir Putin Peringatkan Amerika Krisis Rudal Ala Perang Dingin

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 29 Juli 2024 3 jam dari sekarang
Presiden Rusia Vladimir Putin, Menteri Pertahanan Andrei Belousov, dan Panglima Angkatan Laut Rusia Laksamana Alexander Moiseyev menghadiri parade tahunan Hari Angkatan Laut di Saint Petersburg, 28 Juli 2024. (Foto: via Reuters)
Presiden Rusia Vladimir Putin, Menteri Pertahanan Andrei Belousov, dan Panglima Angkatan Laut Rusia Laksamana Alexander Moiseyev menghadiri parade tahunan Hari Angkatan Laut di Saint Petersburg, 28 Juli 2024. (Foto: via Reuters)

Saint Petersburg, MI - Presiden Rusia Vladimir Putin, Minggu (28/7/2024), memperingatkan Amerika bahwa jika Washington menempatkan rudal jarak jauh di Jerman, maka Rusia akan menempatkan rudal serupa dalam jarak serang ke wilayah Barat.

AS mengatakan pada 10 Juli bahwa pihaknya akan mulai menempatkan rudal jarak jauh di Jerman pada 2026, sebagai persiapan untuk penempatan jangka panjang. 

Rudal yang akan dikerahkan mencakup SM-6, rudal jelajah Tomahawk, dan senjata-senjata hipersonik yang masih dalam tahap pengembangan.

Dalam pidatonya di hadapan para pelaut dari Rusia, China, Aljazair, dan India untuk memperingati hari Angkatan Laut Rusia di St. Petersburg, bekas ibu kota kekaisaran, Putin memperingatkan Amerika bahwa tindakan tersebut berisiko memicu krisis rudal ala Perang Dingin.

“Waktu penerbangan untuk menarget rudal seperti itu di wilayah kami, yang pada masa depan mungkin dilengkapi dengan hulu ledak nuklir, akan memerlukan waktu sekitar 10 menit,” kata Putin.

“Kami akan mengambil langkah serupa, dengan mempertimbangkan tindakan AS, satelit-satelitnya di Eropa dan di wilayah lain di dunia,” tambahnya.

Putin, yang mengirim pasukannya ke Ukraina pada tahun 2022, menganggap perang itu sebagai bagian dari perjuangan bersejarah melawan Barat, yang menurutnya menghina Rusia setelah Uni Soviet jatuh pada tahun 1991, dengan melanggar apa yang di anggap batas wilayah pengaruh Moskow.

Ukraina dan negara-negara Barat mengatakan, Putin terlibat dalam perampasan lahan bergaya kekaisaran. Mereka bersumpah untuk mengalahkan Rusia, yang kini menguasai sekitar 18% wilayah Ukraina, termasuk Krimea, dan sebagian dari empat wilayah di Ukraina timur.

Rusia mengatakan wilayah-wilayah itu, yang dulunya merupakan bagian dari kekaisaran Rusia, kini kembali menjadi bagian dari Rusia dan tidak akan pernah dikembalikan.

Para diplomat Rusia dan AS mengatakan, hubungan diplomatik mereka saat ini lebih buruk, bahkan sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962. Baik Moskow maupun Washington mendesak dilakukannya de-eskalasi, sementara keduanya telah mengambil langkah menuju eskalasi.

Putin mengatakan, AS memicu ketegangan dan memindahkan sistem rudal Typhon ke Denmark dan Filipina, serta membandingkan rencana AS dengan keputusan NATO untuk menempatkan peluncur-peluncur rudal Pershing II di Eropa Barat pada tahun 1979.

Para pemimpin Soviet, termasuk Sekretaris Jenderal Yuri Andropov, khawatir pengerahan rudal Pershing II adalah bagian dari rencana rumit pimpinan AS untuk melemahkan Uni Soviet dengan menyingkirkan kepemimpinan politik dan militernya.