Tarif 32%: Trump Tunduk ke Putin?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 4 April 2025 20:42 WIB
Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) (Foto: MI/Reuters)
Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) (Foto: MI/Reuters)

Jakarta, MI -  Ini adalah deklarasi kemerdekaan ekonomi kami. Hal itu dikatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat menetapkan tarif baru sebesar 32% terhadap barang impor asal Indonesia yang masuk ke AS. Buntutnya, banyak negara mitra dagang AS, termasuk Indonesia, terdampak.

Di lain sisi, ada empat negara tercatat tak masuk dalam daftar negara yang terkena kebijakan tarif impor baru yang diteken Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Yaitu Rusia dan Korea Utara, kemudian Kuba dan Belarus.

Teruntuk Rusia, tak luput jadi sorotan. Sebab, Trump dinilai mulai tunduk pada Presiden Rusia Vladimir Putin. Padahal sebelumnya, Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia.

Gedung Putih beralasan bahwa keempat negara yang dikecualikan, termasuk Rusia dan Korea Utara sebelumnya sudah dikenakan tarif tinggi.

"Kuba, Belarus, Korea Utara, dan Rusia tidak termasuk dalam Perintah Eksekutif Tarif Resiprokal karena mereka sudah menghadapi tarif yang sangat tinggi dan sanksi yang telah kami jatuhkan sebelumnya menghalangi perdagangan dengan negara-negara itu,” kata seorang pejabat Gedung Putih yang berbicara secara anonim, Jumat (4/4/2025).

Kebijakan AS yang baru itu menetapkan bahwa tarif impor minimum sebesar 10 persen akan diberlakukan. Besaran yang lebih tinggi dikenakan kepada negara-negara yang dianggap Trump sebagai pelanggar perdagangan “terburuk”.

Impor barang dari sekitar 60 negara akan dikenakan tarif di atas 10 persen, menurut seorang pejabat AS yang memberi pengarahan kepada wartawan secara anonim sebelum kebijakan baru itu diumumkan.

Sejumlah dokumen yang dibagikan kepada para wartawan menyoroti beberapa tarif resiprokal yang ditetapkan oleh presiden, termasuk tarif 34 persen terhadap barang dari China, 20 persen atas barang dari Uni Eropa, 46 persen atas barang Vietnam, dan tarif 44 persen atas impor dari Sri Lanka.

Turki termasuk di antara negara-negara yang akan dikenakan tarif sebesar 10 persen, bersama Inggris, Kenya, Islandia, Panama, Ethiopia, Lebanon, Togo, dan lainnya.

Pasar saham anjlok setelah kebijakan itu diumumkan. Investor khawatir tarif impor yang baru akan meningkatkan harga konsumen dan berpotensi menyeret AS ke dalam resesi.

Indeks Nasdaq yang didominasi saham teknologi telah merosot lebih dari 5,3 persen pada perdagangan menjelang siang, sementara indeks Dow Jones merosot lebih dari 3,3 persen.

Pada Rabu petang (2/4/2025) waktu Washington, atau Kamis pagi (3/4/2025) waktu Jakarta, Donald Trump mengumumkan daftar tarif dasar dan bea masuk pada banyak mitra dagang negeri itu. 

Trump menyebut hari di mana pengumuman itu disampaikan sebagai “Hari Pembebasan”. Indonesia tak luput dari sengatan “Hari Pembebasan” tersebut.

Dalam daftar yang disampaikan, Indonesia dikenai tarif timbal balik sebesar 32 persen. “Dalam banyak kasus, terutama dalam hal perdagangan, kawan lebih buruk daripada lawan,” kata Trump di saat mengumumkan kebijakan itu di Gedung Putih. “Kita mensubsidi banyak negara dan membuat mereka berbisnis dan maju,” lanjutnya.

“Mengapa kita melakukan ini? Maksud saya, kapan kita bisa mengatakan kalian harus bekerja untuk diri sendiri… Kita akhirnya mengutamakan Amerika," kata Trump.

Menurut dia, defisit perdagangan bukan lagi sekadar masalah ekonomi. Defisit, lanjut Trump, adalah kondisi darurat nasional, sembari mengangkat papan berisi daftar negara dan tarif baru yang dikenakan AS pada mereka. "Itu adalah deklarasi kemerdekaan kita," kata Trump dari Taman Mawar, Gedung Putih.

Besaran tarif yang dikenakan terhadap Indonesia hanya berbeda 2 persen dari China, “lawan berat” AS, yaitu 34 persen. Dua negara ASEAN, yakni Thailand dan Vietnam, juga mendapat “tekanan” tarif yang cukup besar, masing-masing 36 persen dan 46 persen.

Merujuk laman resmi Kementerian Perdagangan RI, AS memang merupakan penyumbang surplus perdagangan nonmigas nasional tahun 2024. Angka surplus perdagangan Indonesia-AS sebesar 16,08 miliar dollar AS dari total surplus perdagangan nonmigas 2024, yaitu sebesar 31,04 miliar dollar AS. 

Ekspor nonmigas Indonesia ke AS antara lain berupa garmen, peralatan listrik, alas kaki, dan minyak nabati.

Sebelum mengumumkan tarif timbal balik baru itu, Trump telah mengenakan bea masuk sebesar 20 persen untuk semua produk yang diimpor dari China. Ia pun telah mengenakan bea masuk sebesar 25 persen untuk baja dan aluminium yang diekspor ke AS.

Dunia diprakirakan akan segera bersikap atas langkah Trump. Sebelum pengumuman itu disampaikan, aktivitas manufaktur di seluruh dunia dikabarkan melambat. Pasar keuangan bergejolak karena investor menunggu pengumuman Trump.

Sementara mitra dekat AS, yaitu Uni Eropa dan Kanada, bersiap membalas. Dalam daftar tersebut, Uni Eropa dikenai tarif sebesar 20 persen.

Sejauh ini, Uni Eropa dan Kanada sudah menyatakan siap membalas kebijakan Trump itu. ”Kami akan berjuang demi ekonomi Kanada,” kata Perdana Menteri Mark Carney.

Uni Eropa yang dituduh Trump telah merugikan ekonomi AS menyatakan siap berunding, tetapi sudah menyiapkan langkah balasan terhadap tarif AS jika tetap diberlakukan. PM Inggris Keir Starmer mengaku melakukan pembicaraan produktif dengan Trump.

Ekonom Deutsche Bank, bank utama di Jerman, Matthew Luzzetti, mengatakan, jika Hari Pembebasan adalah harga mati penetapan tarif, dampak ketidakpastian global yang dipicunya akan mengurangi pertumbuhan ekonomi setidaknya 1 persen hingga beberapa kwartal ke depan. 

"Jika ketidakpastian ini berkepanjangan, dampaknya akan berlipat ganda,” kata Luzzeti. (an)

Topik:

Tarif Trump Putin Donal Trump