Direktur Eksekutif CBA Yakin MK Bakal Tolak Gugatan Sistem Pemilu Terbuka

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 14 Januari 2023 20:21 WIB
Jakarta, MI- Pemerhati Sosial Politik, Uchok Sky Khadafi meyakini, Mahkamah Konstitusi (MK) tidak akan mengabulkan atau bakal menolak permohonan gugatan terkait sistem proporsional terbuka. Diketahui, sistem pemilu terbuka saat ini tengah di uji materi oleh sejumlah pihak ke MK. Uchok mengatakan, gugatan itu bakal diterima jika terlebih dahulu ada amandemen konstitusi. "Kecuali jika sistem perwakilan yang saat ini kita anut yakni bikameral (perwakilan dua kamar) di amandemen kemungkinan gugatan itu dikabulkan MK cukup potensial," kata Aktivis 98 itu kepada wartawan, Sabtu (14/01/2023). Menurutnya, peluang sistem proporsional tertutup digunakan kembali cukup kecil kemungkinannya. "Pemilu tertutup kan hanya partai yang dipilih dan mereka yang tentukan calegnya. Sedangkan kita menganut sistem perwakilan dua kamar (DPR dan DPD RI). Anggota DPD RI kan gak punya parpol. Justru kalau dikabulkan, sistemnya bakal absurd," tandas Direktur Eksekutif Center for Budget Analisis (CBA) itu. Uchok mengatakan, mestinya substansi perdebatan terkait sistem pemilu bukan soal terbuka maupun tertutup. "Tapi bagaimana pemilu menghasilkan kandidat-kandidat wakil rakyat yang punya integritas dan kapabilitas yang memadai. Dua sistem itu sudah pernah digunakan, jadi sebaiknya segenap elemen bangsa ini mencari formulasi atau alternatif lain selain dua opsi itu. Nah, saya kira itu yang mesti jadi bahan kajian," ucapnya. Uchok mengatakan, sebenarnya model pemilu saat ini hanya menonjolkan segi kuantitas tanpa mengedepankan kualitas yang memadai. "Seleksi pemilunya kan modelnya berdasarkan suara terbanyak itu artinya hanya soal kuantitas. Sepanjang model ini terus diadopsi jangan harap kualitas demokrasi kita jadi lebih baik," tegasnya. Uchok mengandaikan, sistem pemilihan calon pemimpin itu mestinya seperti yang berlaku di dunia binatang. "Ada dua kebiasaan dalam dunia binatang soal memilih pemimpin. Pertama, dunia burung, calon pemimpin dipilih berdasarkan kicauannya yang merdu (tanpa pertengkaran). Sedangkan model memilih pemimpin di dunia mamalia seperti monyet, simpanse dan kera itu berdasarkan kekuatan (gaduh) dan mengandalkan kekuatan koloni. Ini penelitian yang dilakukan Charles Darwin loh dalam bukunya yang fenomenal itu The Origins of Species. Mestinya kaya model burung pilih pemimpin itu," selorohnya. Uchok juga menyoroti sikap PDIP yang berbeda dengan parpol lainnya soal pilihan sistem pemilu. Menurutnya, PDIP tidak akan pilih model pemilihan ala dunia burung, atau dunia mamalia. "Tapi PDIP pilih tertutup agar bisa menggilas atau ditenggelamkan Partai lain. PDIP tahu, hidup partai lain, bukan karena partainya. Tapi ada tokoh yang jadi caleg, dan nomor bukan number one yang tidak disukai rakyat, makanya mereka pilih sistem pemilu tertutup biar semuanya berjalan sesuai kehendak mereka," sindirnya. Diketahui, saat ini Mahkamah Konstitusi (MK) tengah memproses uji materi Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yang terkait sistem proporsional terbuka.
Berita Terkait