Kritikan Prabowo Terhadap Mahalnya Biaya UKT Tidak Tepat

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 25 Mei 2024 14:34 WIB
Pengamat politik Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti (Foto: Ist)
Pengamat politik Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Pengamat politik Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti menilai, kritikan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto terhadap naiknya biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) sangatlah tidak tepat. 

Pasalnya kata Ray, kritikan Prabowo atas hal itu harus dapat memposisikan dirinya sebagai apa, pasalnya Prabowo selain menjabat Menteri Pertahanan, ia saat ini adalah presiden terpilih periode 2024-2029.

"Tak jelas benar, pernyataan dan sikap Prabowo ini dalam kapasitas apa. Apakah sebagai ketua partai, atau sebagai Presiden terpilih 2024," kata Ray kepada Monitorindonesi.com Sabtu (25/5/2024). 

Bahkan kata dia, Prabowo bukan hanya mengkritik, tetapi juga berjanji akan menggratiskan biaya pendidikan sampai perguruan tinggi. 

"Tentu sudah jelas, pernyataan tersebut bukan dalam kapasitas beliau sebagai Menhan. Sebab, tidak ada hubungan antara jabatan beliau sebagai Menhan dengan dunia kampus," ujarnya. 

"Artinya, sikap dan pandangan pak Prabowo tersebut dalam kapasitas beliau sebagai ketua partai sekaligus presiden terpilih 2024," sambungnya. 

Menariknya lanjut Ray, ini adalah kali pertama Prabowo mengkritik kebijakan pemerintah secara terbuka setelah terpilih menjadi presiden pada Pilpres 2024.

Menurut dia, saat ini Prabowo sama sekali tak senang dengan cara pemerintah menangani satu persoalan, sehingga dirinya dengan percaya diri akan menggratiskan biaya pendidikan. 

"Bahwa Prabowo menyatakan mestinya biaya pendidikan harus gratis, menandakan bahwa beliau sedang tidak senang dengan cara pemerintah yang seperti lamban, bahkan tidak terlalu peduli pada kenaikan UKT yang hampir tanpa kontrol," pungkasnya.