Mantan Ka BAIS Ingatkan Indonesia Hati-hati Menjalin Hubungan dengan Afghanistan

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 2 September 2021 10:52 WIB
Monitorindonesia.com - Mantan Kepala Bais TNI, Laksda TNI (Purn) Soleman B.Ponto, mengingatkan Indonesia agar berhati-hati sebelum mengambil langkah (menjalin hubungan) menyangkut Afghanistan. Jangan sampai persahabatan Indonesia dengan negara tetangga rusak karena dianggap berlebihan dalam mengambil sikap. "Indonesia harus melihat dulu apa keuntungan dan kepentingan bersama yang bisa diperoleh jika menjadlin hubungan dengan Afghanistan," ujar Soleman berbicara dalam diskusi Gelora Talks bertajuk "Tantangan Taliban, Mampukah Membentuk Pemerintahan yang Efektif?" , Rabu kemarin (1/9/2021). Sebab, menurut Soleman, banyak negara yang memiliki kepentingan terkait Afghanistan, dari India, Pakistan, Tajikistan, Turki, Iran, Arab Saudi, hingga China, AS dan Eropa. "Kalau mau hubungan, harus lihat apa kepentingan kita di sana, apa keuntungan di sana. Jangan sampai kita masuk, malah merusak hubungan kita dengan yang ada di sana," katanya. Sedang dampak lain yang dikhawatirkan Soleman, yakni munculnya kelompok di Indonesia yang berusaha mengambil manfaat dengan 'iseng-iseng berhadiah' mengkampanyekan Amerika Serikat (AS) atas kekalahannya dengan Afghanistan di Tanah Air. "Jadi kita sebaiknya menunggu dan melihat kondisi dulu. Jangan sampai ada yang salah pengertian, para sahabat kita justru marah hanya karena kita terlalu cepat ambil sikap soal Afghanistan," tandasnya. Kesempatan sama, pengamat terorisme dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Haris Abu Ulya, menganilisis bahwa ideologi Taliban tak se-ekstrem Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). "Termasuk visi Taliban sebagai Sunni, tidak berorientasi membangun kekhilafahan seperti ISIS, melainkan hanya membangun pemerintahan Imarah yang berbasis di Afghanistan saja," sebut dia. Bahkan, menurut Haris, sampai detik ini Taliban tidak pernah men-declair akan mendirikan negara khilafah, mereka hanya menyebut pemerintahan yang Imarah, semacam beberapa menteri utama. "Taliban hari ini tampil berbeda, cara berpikirnya berbeda. Ini tentu saja membuka celah untuk mulai membangun kepercayaan," katanya. Namun itu semua masih menunggu, wait and see. Apakah ini  jadi negara dan bisa bergaul, serta tidak menjadi home base bagi kelompok-kelompok yang bisa membuat persoalan di negara lain, demikian Haris Abu Ulya. (Ery)

Topik:

mantan ka bais