Serangan Udara Rusia Hancurkan Pesawat Terbesar di Dunia Milik Ukraina

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 1 Maret 2022 02:15 WIB
Monitorindonesisa.com - Minggu pertama invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan kerusakan di hampir semua wilayah negara, baik manusia maupun material. Salah satu yang terakhir adalah penghancuran pesawat terbesar di dunia. Ukraina kehilangan salah satu simbol aeronautika dan juga salah satu kebanggaan teknologinya: hexareactor AN 225. Serangan udara yang diluncurkan oleh Rusia di bandara Gostomel, dekat ibukota Ukraina, menghancurkan aeronautika perusahaan Antonov, yang didirikan pada 1946 sebagai salah satu andalan di sektor Uni Soviet. Pesawat itu dijadwalkan meninggalkan bandara mulai 24 Februari, seperti dilansir BBC, tetapi dimulainya perang menyebabkan semua penerbangan diblokir, sehingga tidak bisa meninggalkan lapangan terbang. "Itu berlangsung tiga hari sampai hancur," mereka menjelaskan. Konfirmasi berita itu dikonfirmasi oleh pemerintah Ukraina sendiri, Dmytro Kuleba, Menteri Luar Negeri yang menyampaikannya dari akun Twitter-nya: This was the world’s largest aircraft, AN-225 ‘Mriya’ (‘Dream’ in Ukrainian). Russia may have destroyed our ‘Mriya’. But they will never be able to destroy our dream of a strong, free and democratic European state. We shall prevail! pic.twitter.com/TdnBFlj3N8 — Dmytro Kuleba (@DmytroKuleba) February 27, 2022 "Rusia mungkin telah menghancurkan 'Mriya' kami ('mimpi' dalam bahasa Ukraina), tetapi mereka tidak akan pernah bisa menghancurkan 'impian' kami tentang negara Eropa yang kuat, bebas, dan demokratis. Kami akan menang!" tulisnya. Diperkirakan akan memakan waktu lebih dari lima tahun untuk memulihkan pesawat sepenuhnya dan bahwa proses pemulihan akan menelan biaya lebih dari 2.600 juta euro, pekerjaan yang tidak dapat dilakukan sampai konflik berakhir. Yurii Gusev, direktur perusahaan transportasi dan infrastruktur negara Ukraina Ukroboronprom, pemilik pesawat, telah menjelaskan tentang hal itu dan meyakinkan bahwa dari perusahaan mereka ingin "Federasi Rusia untuk membayarnya", karena Rusia adalah penyebab utama keadaan tragis tersebut.