Gempa Maluku dengan Magnitudo 7,5 Akibat Aktivitas Subduksi Laut Banda

Nicolas
Nicolas
Diperbarui 10 Januari 2023 09:20 WIB
Jakarta, MI - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengungkap bahwa gempa yang mengguncang Maluku akibat adanya aktivitas subduksi Laut Banda. Hasil analisis menunjukkan mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault Sebelumnya diberitakan Gempa dengan magnitudo 7,9 namun setelah di update menjadi magnitudo 7,5 mengguncang Pantai Utara Maluku Barat Daya pada Selasa, 10 Januari 2023 pukul 00.47 WIB. Lokasi gempa Maluku kali ini terletak pada koordinat 7,37° LS ; 130,23° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 136 Km arah Barat Laut Maluku Tenggara Barat, Maluku pada kedalaman 130 km. "Gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Saumlaki dengan skala intensitas V MMI. Daerah Dobo, Tiakur IV MMI," ujar Daryono, Selasa (10/1/2023). Gempa juga terasa hingga Sorong, Kaimana, Alor, Waingapu, Waijelu, Lembata dengan skala intensitas III-IV MMI. Selain itu, wilayah Kairatu, Merauke, Nabire, Tanah Merah, Wamena, Bakunase, Kolhua, Sabu, Rote, Ende, Amarasi Selatan, Kota Kupang dengan skala intensitas II-III MMI. Dilaporkan, Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa Maluku merusak sejumlah rumah warga. Di daerah Saumlaki tercatat dua rumah rusak berat. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, peringatan tsunami diakhiri setelah BMKG melakukan observasi terhadap kenaikan muka air laut atau observasi tsunami pada empat titik di Maluku. Empat titik tersebut adalah Pulau Sera, Adaut, Lirang, dan di Larat. Hasil observasi menunjukkan, anomali atau perubahan tinggi muka air laut yang terjadi tidak signifikan. Berdasarkan hal tersebut, kata Dwiorita, dilakukan pengakhiran peringatan dini tsunami dua jam setelah perkiraaan waktu datangnya tsunami. "Jadi pengakhiran dini tsunami diakhiri,” tandasnya.[Lin]

Topik:

Gempa Maluku